Shakila tak berhenti menciumi pipi Davin, memeluknya seperti boneka dan mengusap hidung serta pipinya pada wajah bayi tersebut. Eza telah membawa Davin pulang. Julian melirik Shakila dengan alis berkerut. “Kenapa dia sepertinya senang sekali?” batinnya. Bagaimana Shakila tidak senang? Jika ada Davin di sana, mungkin Julian tak akan memonopolinya setiap saat. “Jadi, kau akan kembali?” tanya Julian. “Ya. Apa kau keberatan menjaga Davin kali ini? Karena ada Davin, kau tidak bisa memonopoli Shakila." Seketika tatapan Julian memincing tajam menatap kakaknya yang duduk tenang di sofa bahkan menyesap teh hangatnya. Kemudian ia melirik Shakila yang berdiri di belakang sofa yang kakaknya duduki dan mengajak Davin bermain. Telinga Shakila memerah. Ia mendengar dengan jelas ucapan frontal

