Isvara duduk di sofa yang menghadap Ricky dan Cindya, mereka hanya terhalang sebuah meja.
Cindya sudah lebih tenang, mungkin karena tidak ingin Ricky menangkap maksud lain dari kedatangannya ke sini.
Meski Ricky begitu mencintai dan memanjakannya tapi Cindya juga tidak bisa bertingkah sesuka hati yang bisa membuat Ricky jengah lantas hilang rasa padanya.
“Jika memang benar kedatangan Bu Cindya dan Pak Ricky ke sini karena Caca, saya bisa usahakan … tapi saya mohon, jangan ganggu pesta ini dan jangan rusak kebahagiaan kami.” Isvara mengatakannya dengan nada rendah.
Cindya berdecih lantas merotasi bola matanya meledek.
“Bu Cindya telah menemukan kebahagiaan bersama pak Ricky … apa lagi yang Ibu cari?” Isvara berujar kembali.
“Aku ingin hak asuh atas Caca!” seru Cindya lantang.
