Dua kali ketukan di pintu membuat Isvara yang tengah mematut diri di depan cermin lantas menoleh pada benda tersebut. “Masuk,” katanya lalu benda berbahan kayu itu terbuka. “Ra,” tegur Papa Galih dengan senyum kaku, tampak segan untuk masuk jadi hanya menyembulkan setengah bagian tubuhnya dari celah pintu. “Masuk, Pa.” Isvara meminta dan barulah Papa Galih masuk. Beliau menggunakan pakaian adat Sunda untuk orang tua. Begitu tampan meski tak lagi muda apa lagi dengan senyum menawan yang dimilikinya seperti saat ini beliau berikan untuk Isvara dan tatapan penuh haru yang bisa Isvara lihat dari pantulan cermin tinggi di depannya, terdapat banyak cairan bening di kelopak mata papa Galih. “Pa … Ara cantik?” Isvara bertanya. Alih-alih menjawab, papa Galih membuka kacamata lantas me

