“Ra … kamu percaya aku, enggak?” celetuk Erwan bertanya dalam perjalanan ke rumah dinas orang tua Isvara. Isvara yang kala itu terpaksa bersedia diantar pulang oleh Erwan hanya diam membisu di kursi penumpang depan. Akhirnya Isvara menoleh menatap pria tampan di sampingnya. “Maksudnya percaya dalam hal apa, Pak?” Isvara balas bertanya. Erwan suka kalau Isvara mulai tertarik untuk berkomunikasi dengannya karena biasanya gadis itu hanya menjawab iya dan tidak saja. “Percaya kalau aku naksir kamu.” Erwan tersenyum lebar usai berkata demikian membuat ketampanannya bertambah beberapa persen. Isvara memutus tatap, dia menunduk sembari tersenyum tipis. “Macet ya, Ra.” Erwan bergumam lantas mengembuskan napas panjang setelah beberapa lama hening kembali menguasai. “Kan saya udah bi

