Mami Sambung Untuk Ara

887 Kata
“Eh … kamu udah balas chat dari temannya mas Ryan belum?” Icha penasaran dengan kelanjutan pendekatan antara Aruna dengan teman suaminya yang pernah ia kenalkan tempo hari. Padahal baru saja Aruna meminta pengertian untuk menyembuhkan hatinya dulu. “Apa? … Apa?” ujar Icha ketika mendapat sorot mata tajam yang dibuat-buat dari Aruna dan Irma. Tapi persahabatan mereka sudah terjalin sejak bangku kuliah jadi Icha mengerti arti dari sorot mata tajam dua sahabatnya. “Yaaa … siapa tahu kamu nyembuhin lukanya mau ditemenin sama temannya mas Ryan.” Icha berkilah. Padahal dia begitu semangat sewaktu membicarakan Adrian. Aruna terkekeh, jawaban Icha memang selalu absurd sedangkan Irma hanya memberikan tatapan malas. Icha lah yang selalu membuat pertemuan mereka menjadi penuh tawa. “Eh … terus, masalah chat dari ibu mertua kamu itu gimana? Kamu belum lanjutin lho ceritanya di grup chat.” Irma teringat cerita Aruna di grup chat tentang ibu mertua Aruna. Ibunya Bian itu meminta rumah yang sedang ditempati Aruna sekarang untuk diberikan pada cucunya dari pernikahan Bian dengan wanita lain. “Nah … itu, aku lagi galau … masa aku harus kasih rumah itu? Tapi ….” Aruna menjeda, menatap pada makanan di depannya yang baru saja disajikan oleh pelayan. “Aku juga enggak punya anak dari mas Bian … apa aku kasih aja ya rumah itu?” sambung Aruna yang langsung mendapat respon penolakan dari kedua sahabatnya. “Jangan!!” Irma dan Icha kompak berseru. “Rumah itu adalah hak kamu … lagian anak itu cuma anak dari pernikahan siri.” Irma menentang keras. “Iya … kamu harus mempertahankan hak kamu, Aruna.” Icha menimpali. Seharusnya memang seperti itu tapi ibu mertua Aruna sangat cerewet dan menyebalkan, bila sudah memiliki keinginan harus diikuti. Aruna langsung membalas chat mantan ibu mertuanya begitu beliau mengajukan permintaan rumah itu, ia mengatakan akan memikirkannya dulu tapi belum satu jam ibunya mas Bian mengirim chat kembali dan menanyakan apakah ia sudah selesai mempertimbangkan keinginannya. Aruna tidak memberikan balasan tapi beberapa jam kemudian mantan kakak ipar Aruna mengirim chat berisi nasihat agar Aruna tidak menahan hak orang lain apalagi ini adalah anak yatim. Mereka itu memang keluarga menyebalkan, andaikan boleh ingin sekali Aruna membenci mereka. “Eh … Mas, itu yang punya caffe ini ya?” Tiba-tiba Icha menahan seorang pria dengan name tag Manager di dadanya. “Oh betul, Bu.” Pria itu menjawab. “Udah nikah belum? Ini saya punya janda … siapa tahu bosnya lagi cari jodoh ….” “Ichaaaaaaa.” Aruna mengerang sambil memelototkan matanya. *** “Halo Ara?” Adrian menjawab panggilan telepon yang masuk ke ponselnya. “Papiii … aku mau mami.” Isvara merengek. “Araaa, mami lagi sibuk … mami enggak bisa ketemu kamu.” Adrian asal menjawab hanya agar Isvara berhenti merengek. “Ara kangen mami, Pi … Ara ingin ketemu … Ara kangen, Ara udah dapet nilai A di sekolah … Ara mau pamer sama mami.” Adrian melepaskan kekehan singkat. “Nanti aja pamernya kalau mami udah enggak sibuk ya?” bujuk Adrian tapi tidak terdengar balasan selama beberapa detik dari ujung panggilan sana. “Ar—“ Kalimat Adrian tertahan karena panggilan teleponnya diputus sepihak oleh Isvara. Adrian mengembuskan napas panjang kemudian menyimpan kembali ponselnya ke atas meja bersamaan dengan suara interkom yang berbunyi. Telunjuk Adrian menekan sebuah tombol di sana. “Pak Adrian … ada Bu Trisha di bawah.” Selly-sekertaris Adrian memberitau. “Suruh dia ke atas, Sel …,” titah Adrian kepada sang sekertaris. “Baik Pak.” Adrian melanjutkan menandatangani berkas yang masih tersisa sebelum Trisha tiba di ruangannya. Ceklek. Pintu terbuka memunculkan sosok molek Trisha yang kemudian berlenggak lenggok melangkah gemulai mendekati meja Adrian. Tubuh Trisha yang ramping dengan lekukan di bagian pinggang terbalut pakaian kurang bahan, seolah pemilik tubuh itu ingin memamerkan keindahannya. “Kamu ada waktu malam ini?” Trisha langsung bertanya demikian setelah duduk di atas pangkuan Adrian dan melingkarkan kedua tangan di lehernya. “Mau ke mana?” Adrian bertanya lembut. “Ada acara ulang tahun temen di Night Club … temenin aku ya?” Trisha memohon, mendekatkan wajahnya dengan wajah Adrian kemudian memberikan lumatan di bibirnya. “Ara nungguin aku di rumah … kamu aja pergi sama teman-teman kamu ya.” Adrian menolak secara halus usai Trisha menjauhkan wajahnya. Trisha berdecak lidah lantas memberikan delikan sebelum bangkit dari atas pangkuan Adrian. “Enggak bisa kamu kasih pengertian sama Ara sekaliiii aja, malam ini aja … aku tuh punya pacar tapi enggak kaya punya pacar … sebenarnya kamu itu niat enggak sih dijodohin sama aku?” Trisha memajukan bibirnya lantas melipat kedua tangan di depan d**a. Wanita itu lantas menghempaskan b****g di single sofa. Sama seperti Tyas-mami kandung Isvara, Trisha juga adalah produk hasil perjodohan keluarga Pramudya. Trisha diperkenalkan oleh Om Bagja-kakak tertua dari papanya Adrian. Saat itu Adrian memang sedang mencari ibu sambung untuk Isvara dan tidak menolak ketika Om Bagja memperkenalkan Trisha padanya. Dan sekarang, Adrian sedang mencoba menjalin hubungan dengan wanita lagi setelah beberapa tahun hidup menjadi single parent. “Kamu tahu ‘kan, Ara akan berulah kalau aku terlambat pulang … dia enggak punya mami jadi cari perhatian lebih sama aku.” Adrian bangkit dari kursi kerjanya lantas duduk di sofa set yang berada di sudut ruangan tempat ia menerima tamu. “Ya kalau gitu kapan kamu mau nikahin aku?”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN