Entah sudah berapa lama Galih berdiri di depan pintu kamar Isvara, dia tenggelam dalam perdebatan di benaknya. Galih mengetuk pintu kamar Isvara lembut lalu menekan knop pintu dan mendorong benda berbahan kayu tersebut secara perlahan. Ada Nanny Ida di dalam sana duduk di single sofa dekat jendela. Galih meminta Nanny Ida menunggu di luar menggunakan isyarat mata dan kendikan dagu seiring langkah kakinya mendekat ke ranjang Isvara. Sang Nanny mengangguk patuh, beranjak dari sofa untuk kemudian keluar dari kamar. Langkah kaki Galih sudah sampai di sisi ranjang Isvara, gadis kecil itu masih membalut tubuhnya dengan selimut dan menaikkan selimut menutupi kepala ketika sang om memasuki kamar. “Ara,” panggil Galih lembut setelah duduk di sisi ranjang. Di dalam selimut Isvara memejamkan m