Galih menggendong Isvara, dia membawa Isvara turun ke ruang tamu. Penghuni ruang tamu masih sama seperti tadi, mereka menoleh ke arah tangga mengetahui Galih turun bersama Isvara. Raut wajah mereka terlihat harap-harap cemas terutama Aruna yang tidak bisa menyembunyikan ketegangannya. Sepertinya wanita itu sudah bersiap dengan serangan kata-kata bila Galih keras kepala memaksa Isvara tetap tinggal bersamanya. “Besok driver akan mengantar semua pakaian Ara ke sini.” Kalimat Galih itu mendapat hembusan napas lega bersama senyum kebahagiaan dari semua orang. “Tapi aku pegang ucapan kamu ya Aruna, kalau aku boleh kapan aja ajak Ara pergi.” “Boleh, Mas Galih … kapan aja boleh, ya Mas Adrian?” Aruna meminta persetujuan Adrian. Adrian menganggukan kepala, meski tidak bersuara tapi tatap