Devan membanting tubuh Dita ke ranjang, dan langsung menindihnya.
"Tuan Devan, kita lagi di kantor. " Ujar Dita meminta Devan untuk menjauh, karena Dita masih sadar kalau sekarang posisinya masih ada di kantor.
"Apa maksud makanan itu? Sengaja mengejek aku? " tanya Devan yang membuat Dita tertawa cengengesan.
"Aku hanya ingin tau, seperti apa kekuatan Tuan Devan setelah mengkonsumsi makanan itu, ingin tau bedanya mengkonsumsi makanan itu dan tidak mengkonsumsinya. " Ujar Dita yang membuat Devan menggelengkan kepalanya heran, heran dengan isi otak Dita yang tidak jauh dari urusan ranjang.
Devan kembali bangun dan menjauh dari Dita, namun Dita langsung memeluk Devan dari belakang, Seraya mengelus d**a Devan dengan lembur, dan merebahkan kepala Dita pada punggung Devan.
" Sebenarnya tidak masalah juga sih, kita bisa menikmati hasil dari mengkonsumsi makanan itu di kantor. Jadi tidak harus menunggu kita ada di rumah. Kamu benar, kamu harus membuktikan setelah menghabiskan makanan itu. "ujar Dita dengan menggunakan nada yang sangat seksi, dan Dita sengaja menggunakan nada seksi itu hanya untuk menggoda Devan. Seketika Devan merasa tubuhnya panas saat mendengar kata-kata Dita, karena Devan tidak ada niatan untuk bercinta dengan Dita di kantor, terlebih saat ini juga ada jadwal meeting, dan tidak mungkin Devan bercinta dengan Dita hanya sebentar saja, karena Devan tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk bercinta dengan Dita.
Dengan cepat Devan melepaskan tangan Dita, dan langsung berdiri mencoba untuk menahan diri agar tidak terpancing gairah.
" Kalau bukan karena hanya makanan itu, Aku tidak mau meladeni godaan kamu. Sekarang pergilah, karena aku ada meeting. "ujar Devan dengan nada dinginnya, dan Dita tertawa karena ia berhasil menggoda Devan.
Dita Turun Dari Ranjang Devan, dan mendekati Devan, lalu memeluk lengan Devan dengan sangat mesra.
" Apa aku salah menemani Suamiku di kantor? "tanya Dita Seraya meraba Devan, dan dengan cepat Devan menahan tangan Dita agar tidak terlalu nakal menggoda tubuhnya.
" Ingat kalau kamu Istriku? Kalau begitu, bersikaplah layaknya seorang istri. "ujar Devan yang secara tidak langsung meminta Dita agar tidak memanggil Devan dengan sebutan Tuan.
" Ya sudah. Sekarang kalau Tuan Devan ingin berangkat meeting Aku mau izin untuk ke rumah Papa. Aku ada kepentingan pada Papa. "Ujar Dita dengan nada yang malah terdengar serius, dan Devan langsung memegang tangan Dita .
"Ingin bertemu dengan papa kamu atau ingin bertemu dengan mantan suami kamu?" tanya Devan yang entah kenapa Devan jadi sedikit penasaran Apakah Dita benar-benar ingin bertemu dengan Herman atau hanya alasan saja untuk bertemu dengan Andi, mantan suaminya.
"Untuk apa aku bertemu dengan pria seperti dia, kalau aku sudah memiliki pria sepertimu. "ujar Dita jujur, karena memang tidak dipungkiri Devan jauh lebih tampan dari Andi. Sebenarnya Andi ataupun Devan sama-sama tampan, hanya saja kalau mereka dibandingkan, Devan jauh lebih tampan dari Andi.
" Baiklah. "ujar Devan singkat, lalu keluar dari kamarnya dan langsung menuju ke ruang meeting, yang dengan cepat Dita yang melihat Devan sudah masuk ke dalam ruang meeting langsung mengekor dari belakang untuk menemani Devan memimpin meeting.
Dita yang sudah sampai di rumah Herman langsung disambut dengan sinis oleh Arina, karena Arina tahu tentang apa yang terjadi di rumah Andi, lebih tepatnya di rumah kedua orang tua Andi, di mana Dita memilih pergi untuk bersenang-senang dengan Devan dibandingkan menikmati pesta kedua mertuanya, yang sampai saat ini Arina memang tidak tahu kalau Dita dan Andi benar-benar bercerai.
" Entah julukan apa yang pantas untuk kamu, seorang menantu namun dengan tidak sopannya dan bahkan tidak menghargai pesta yang diadakan oleh mertuanya. tega kamu, tidak punya perasaan sekali kamu sampai memilih meninggalkan pesta hanya karena Ego kamu. "ujar Arina Sok bijak, padahal sebenarnya kalau memang hubungan Dita dengan Andi baik-baik saja, tentu kita akan melakukan yang terbaik untuk menikmati atau menghargai pesta Mama mertuanya.
" Ternyata kamu sudah dewasa juga Ya. sepertinya kamu juga sudah tahu cara berperan sebagai seorang istri. Kenapa tidak sekalian saja kamu menikah dengan Andi. "ujar Dita yang langsung menyenggol tubuh Arina, dan masuk ke dalam rumah Herman.
" Ada apa Papa menyuruhku datang ke sini? aku kan masih kerja, dan Papa sudah tahu kalau aku kerja. "tanya Dita karena tiba-tiba saja Herman meminta Dita untuk datang ke rumahnya. Dita juga melihat raut wajah Herman terlihat begitu sangat serius, hingga Dita merasa penasaran Ada hal penting Apakah sampai Herman tidak menyambut kepulangannya.
"Dita, Kamu adalah menantu satu-satunya keluarga Halim.
Setelah kamu hamil nanti, kamu akan menjadi ratu satu-satunya di keluarga Halim. Tidak Bisakah kamu berperilaku layaknya seorang Ratu, layaknya seorang istri yang pantas untuk di ratukan, dengan bersikap dewasa untuk berperan sebagai seorang istri sekaligus seorang Ratu. Bisa-bisanya kamu pulang sebelum acara dimulai. "ujar Herman marah, Yang ternyata Herman hanya ingin menegur Dita yang tidak ikut menikmati pesta besannya.
" Jadi Papa nyuruh aku ke sini hanya untuk memarahi aku? "tanya Diata
" Dita, orang yang bisa papa andalkan itu cuma kamu. Orang yang bisa membahagiakan papa itu juga kamu. Papa melakukan semua ini hanya tidak ingin kamu menyesal karena kehancuran hidup kamu dikemudian hari. Apapun yang papa lakukan semuanya hanya demi kebaikan kamu. Jadi kalau kamu bisa senang, dan bisa menikmatinya sebagai seorang ratu, itu juga kamu sendiri yang senang. "ujar Herman yang membuat Dita langsung tersenyum sinis,.
" Aku banyak kerjaan, kalau papa sudah selesai, Aku mau kembali kerja. "ujar Dita yang tidak mau terpancing emosi, karena Dita masih belum mendapatkan tanda tangan Herman. Andai saja Dita sudah mendapatkan tanda tangan Herman, kita sudah pasti tidak mau berurusan lagi dengan Herman, karena kebaikan yang selama ini Herman berikan untuk dirinya tidak lain hanya karena egonya, bukan karena benar-benar sayang seperti yang dikatakan oleh Herman tadi.
Saat kita ingin pergi tanpa mendapat persetujuan dari Herman, tiba-tiba Andi datang.
"Dita, apa yang menjadi Kelakuan buruk kamu, aku bisa memahaminya dan aku bisa mengajarimu menjadi wanita baik-baik asal kamu mau nurut sama kataku selama ini kamu selalu menyakitiku, selalu mengecewakan aku dan selalu membuat aku marah tapi aku bersedia menghapus semuanya Tampa kasar. Aku bisa membuat kamu jadi wanita baik-baik buat aku. Kurang baik apa aku. "ujar Andi yang secara tidak langsung Andi meminta Dita untuk Rujuk Kembali, dan Dita mengerti kemana arah pembicaraan Andi, hingga membuat Dita tertawa, dan Herman yang melihat Dita tertawa langsung mengernyitkan keningnya karena tidak mengerti kenapa tiba-tiba Dita tertawa.
" Terima kasih atas kemurahan hati kamu. Ya sudah. Kalau begitu aku pergi dulu. "ujar Dita yang langsung pergi, dan kali ini Andi sengaja tidak menghalangi Dita pergi, karena Andi mencoba untuk memperlihatkan sikap penuh kesabarannya di depan Herman.
" Andi, Papa akan bantu kamu untuk membuat Dita berubah semakin baik. kamu tidak perlu merasa sakit hati ya. "ujar Herman mencoba untuk memberi semangat pada Andi.
" iya, Pah. kalau begitu aku mau menyusul Dita pergi juga. "ujar Andi yang langsung pergi setelah meminta izin pada Herman.
Dita sudah sampai di kantor, dan Dita mendengar dari teman-temannya kalau Devan melakukan pertemuan di luar kantor, dan Dita sedikit penasaran sebenarnya Devan pergi ke mana. Tapi karena Dita tidak ingin ada orang lain yang mengetahui tentang pernikahannya dengan Devan, Dita memilih diam saja dan tidak bertanya pada siapapun mengenai kepergian Devan . Sedangkan Devan saat ini masih ada di perjalanan, dan kebetulan perjalanan yang dilewati oleh Devan diketahui oleh Andi.
" Semua ini gara-gara kamu Devan . Akan aku buat kamu mundur secara perlahan untuk tidak lagi mengganggu Dita." Gumam Andi dalam hati Seraya memandang mobil Devan dari belakang dengan senyum misteriusnya.
"Tabrak mobil yang ada di depan itu sekarang juga Dita Andi pada asistennya.
" Tapi Tuan, mobil di depan itu bukan mobil biasa. Dia mobil yang sangat mewah dan saya rasa pemiliknya juga orang yang anda kenal. Anda yakin ingin menabrak mobil dia. "ujar asisten Anda yang tidak ingin gegabah menuruti perintah dari Andi.
" Aku tahu itu. Tabrak sekarang juga. Aku tidak peduli siapa pemilik mobil didepan. "ujar Andi dengan penuh ketegasan, dan asistennya langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, hingga tidak berselang lama terdengar suara tabrakan.
Brak