"Aku menginginkan tubuhmu. Hanya sampe jam 1, cukup kok. Yuk. " Ajak Dita yang langsung membawa langkahnya ke ranjang dengan posisi masih memeluk Devan. Devan dengan senang hati melayani Dita, karena cuaca malam itu sangat mendukung untuk menghangatkan ranjang mereka.
"Kamu jarang bercinta dengan mantanmu, kenapa rasanya sangat sempit? " tanya Devan saat merasa miliknya terjepit kuat dalam V Dita.
Dita hanya diam saja menikmati miliknya yang terasa penuh karena dimasuki oleh milik Devan yang menurut Dita sangat besar.
Saat Devan kembali membuka suaranya, dan Dita tau Devan sepertinya akan melayangkan pertanyaannya, Dita langsung menggerakkan pinggulnya dan sengaja menjepit puska besar Devan, hingga Devan memejamkan matanya kuat karena merasakan kenikmatan yang sangat nikmat, meski tidak di pungkiri Devan sedikit merasa ngilu, tapi Devan sangat menikmatinya.
"Shttt, ahhh...
Desah Devan kelepasan saat Dita berhasil memainkan milik Devan dalam miliknya. Devan mulai menggerakkan pinggulnya, dan bermain hingga berulang kali, dan mencapai klimaks berberapa kali, membuat Dita sangat puas. Tapi karena Dita berharap ia segera hamil, Dita tetap meminta nambah pada Devan meski Dita merasa puas akan permainan Devan.
Sebenarnya Devan merasa heran pada Andi, Apa kurangnya sosok Dita bagi Andi, sampai Andi tega menghianati Dita, dan bahkan memilih berselingkuh dengan adik iparnya yang tidak ada bandingannya dari Dita, bahkan tidak ada apa-apanya dibandingkan Dita. Devan merasa Dita adalah wanita yang sempurna, sempurna di atas ranjang, sempurna secara fisik, dan sempurna secara otak. Devan melihat Dita cukup cerdas, cantik, ditambah Dita benar-benar sangat ahli dalam urusan ranjang, Bahkan Devan akan mengacungkan 2 jempolnya untuk Dita karena Dita benar-benar berhasil memuaskan dirinya tanpa merasa kekurangan apapun kalau menyangkut ranjang.
Jam 1 malam Dita baru keluar dari kamar mandi, dan Devan yang sebenarnya sudah selesai mandi, memilih kembali mandi lagi, karena Devan berusaha untuk menghindari Dita yang terus mengajaknya bercinta. Ternyata omongan Dita yang katanya akan berhenti jam 01.00 malam, ternyata lebih, dan itu membuat Devan geleng-geleng kepala karena Dita benar-benar tidak merasa kecapean.
Setelah Devan keluar dari kamar mandi, Dita kembali mendekati Devan, namun dengan cepat Devan langsung menahan kening Dita menggunakan tangannya, hingga Dita tidak bisa memeluk atau mendekati Devan. Devan menunjukkan layar ponselnya pada wajah Dita, menunjukkan kalau sekarang sudah hampir jam 02.00 dini hari, Seraya menggoyangkan jari telunjuknya ke kanan ke kiri, pertanda kalau mereka tidak bisa melanjutkan percintaannya kali ini.
" Sudah lewat dari jam yang sudah kamu Tentukan. Kita bisa lanjutkan besok atau di lain waktu. "Ujar Devan yang langsung membawa langkahnya naik ke atas ranjang. Sebenarnya Devan bukannya tidak ingin melayani Dita, atau Devan merasa lemah untuk bermain, hanya saja Devan tidak ingin membuat tenaga Dita habis malam itu juga, karena Devan masih membutuhkan tenaga Dita di hari-hari berikutnya. Namun Dita yang mendapatkan penolakan dari Devan malah Salah tanggap, menganggap kalau Devan kelelahan dan tidak mampu untuk melayaninya.
"Kalau ditunda terus, bagaimana bisa aku cepat hamil dan cepat mendapatkan tanda tangan papa, pria ini kuat dan cepet membuatku hamil. " Gumam Dita dalam hati, memberi semangat pada dirinya sendiri sambil menatap Devan yang sudah memejamkan matanya.
Keesokan harinya, Devan yang tengah fokus dengan pekerjaannya, Bara datang dengan membawa rantang makanan.
Bara yang sudah mendapat izin masuk ke dalam ruangan Devan, mulai masuk dan menyerahkan rantang makanan tersebut pada Devan, membuat Devan bingung.
"Bara, aku menyuruhmu untuk membawa berkas penting kita, bukan membawa rantang yang tidak ada gunanya ini. " Ujar Devan sambil menunju rantang yang ada di depannya tersebut dengan dagunya, saat Bara meletakkan rantang tersebut tepat dihadapannya.
" Saya tahu, Tuan. Berkasnya sudah saya bawa, dan kebetulan saat saya ingin membawa berkas ini ke ruangan Anda, ada rantang ini di dekat pintu ruangan saya, dan saya baca, rantang ini untuk Anda, karena di sana tertulis nama Anda. Makanya saya bawa sekalian rantang itu untuk diserahkan pada anda. "Jawab Bara yang membuat kening Devan berkerut, dan dengan cepat Devan mengambil kertas yang ada di atas tutup rantang tersebut.
Kedua mata Devan langsung melotot saat membaca isi pesan yang tertulis di kertas kecil tersebut, dan langsung meremasnya kuat lalu berusaha untuk terlihat santai, Seraya membuka isi dalam rantang tersebut. Ternyata rantang tersebut berisi sebuah sup herbal, dan Bara yang memang sudah dewasa, dan sama-sama mengerti apa gunanya sup herbal tersebut, menahan tawa.
"Awas kau. Dikira aku selemah itu ya. " Gumam Devan dalam hati yang merasa Dita menghina dirinya lemah.
"Keluar! " titah Devan tegas saat melihat Bara berusaha menahan tawa.
Bara keluar dari ruangan Devan dengan kedua tangan yang berada di mulutnya karena berusaha menahan tawanya, hingga membuat Dhani yang melihat Bara sedang menahan tawa langsung mendekati Bara.
"Ada apa? " tanya Dhani penasaran
"Om Dhani mau tau? " Bara malah balik tanya, membuat Dhani semakin penasaran, hingga dengan cepat Dhani langsung menganggukkan kepalanya cepat.
"Aku tidak tau siapa yang berani mengirim sup berkhasiat kuat itu pada Tuan Devan. Tuan Devan hanya mampu 5 menit di ranjang. " Ujar Bara yang membuat Dhani terkejut.
"Apa! Tuan Devan mampu 5 menit diatas ranjang! " teriak Dhani reflek hingga membuat staff lainnya yang kebetulan lewat dan mendengar ucapan Dhani, seketika menyebar luaskan berita tersebut di kantor itu juga, hingga dalam sekejap, kantor langsung heboh dengan berita Devan yang hanya mampu 5 menit.
Dita yang mendengarnya langsung memejamkan matanya, karena Dita langsung mengerti kalau penyebab utamanya itu pasti karena sup yang ia berikan pada Devan.
semua karyawan wanita membicarakan soal kelemahan Devan, hingga Devan yang menyadari soal kehebohan yang terjadi di kantornya langsung meminta Bara untuk datang ke ruangannya.
"Tuan memanggil saya? " tanya Bara, namun pandangan Bara bukan pada lawan bicaranya, melainkan fokus pada rantang yang tadi masih terisi, kini sudah habis tak tersisa. Entah apa isinya sudah dihabiskan oleh Devan, atau Devan sengaja membuang isinya agar tidak diejek oleh dirinya, hanya Devan yang tau kemana isi dari rantang tersebut.
"Bereskan kegaduhan tentangku, karena ini ulahmu. " Ujar Devan tegas, dan Bara yang mengerti maksud dari perintah Devan langsung mengangguk patun, dan membalikkan badannya kembali keluar, namun Bara kembali terdiam saat mendengar suara Devan.
"Dita ada disini? Kalau ada, suruh dia keruanganku sekarang. " Titah Devan tegas, dan Bara langsung mematuhinya.
Tidak berselang lama dari kepergian Bara, Dita pun yang kebetulan juga ada di kantor Devan, karena Devan yang menempatkan Dita bekerja dengan dirinya, langsung mendatangi ruangan Devan.
Yah, sebelum Dita berhasil memiliki perusahaan Herman, Dita memang bekerja di tempat lain, bukan di kantor Herman.
"Tuan Devan memanggil saya? " tanya Dita, dan Devan langsung berdiri, lalu mendekati Dita yang tengah berdiri didekat pintu.
"Mau dicoba gak, apa sup yang kamu bawa itu sudah bekerja atau tidak? Aku sudah menghabisinya. " Ujar Devan yang membuat Dita terkejut.
"Tuan, kita sedang di kantor. Saya akan membereskan pekerjaan saya. " Ujar Dita yang ingin keluar dari ruangan Devan, namun Devan langsung memeluk Dita dari belakang, dan menyeret Dita masuk ke dalam kamar pribadinya yang ada dalam ruangan itu juga.
Devan membanting tubuh Dita ke ranjang, dan langsung menindihnya