Yang namanya rumah tangga itu isinya dua kepala. Pimpinannya memang satu. Tapi jangan salah, menyatukan dua perbedaan itu bukan main sulitnya. Namun, yang jadi masalah di antara Altarik dengan Rahee bukan karena perbedaan semata. Tetapi karena terkejut dengan karakter pasangan yang baru tersaji buruknya setelah menikah. Dari bagaimana cara Mr. Altarik menyampaikan emosinya, hingga pada Rahee yang selalu menimpali dengan hal serupa. Emosi satu disiram dengan emosi lainnya. Ibaratnya, kobaran api disiram oleh bensin. Ya, begitulah jadinya. Apa yang seharusnya tidak dikatakan dengan emosi pun jadi keluar dengan lancarnya, mengoyak hati pasangan bahkan menguliti kepercayaan dirinya, Rahee diam begitu Mr. Altarik bicara soal ketidakperawanan. Rahee mengerut, mundur teratur, dia ingin pulang