Kinanti merasakan sensasi hebat saat pilar menerobos selaput bunganya yang sudah terbuka, sedikit merasa malu tapi hasratnya menggebu. Dan tanpa diduga, perasaan malu itu bersamaan datang dengan rasa puas yang mulai muncul di dalam dirinya. Pada saat tubuhnya sudah sepenuhnya ditembus, Kinanti sudah berkeringat deras, dan Dimas mulai resah. Dia berusaha untuk bergerak, tetapi ketika sedikit saja bergerak, Kinanti merengek, memohon padanya dengan suara gemetar, "Aku kesakitan ... sakit, Pak Dimas." Kinanti mengerutkan keningnya, meringis kesakitan. Dimas pun jadi tidak berani bergerak karenanya. Dia lalu mencoba menghiburnya dengan lembut. “Nggak apa-apa….” Suara Dimas begitu lembut membujuknya. Untuk mengalihkan perhatian Kinanti, dia mulai mencium bibirnya sambil menangkap napasnya.