Kinanti berdiri diam di sisi pintu kamarnya, menatap pintu kamar Dimas yang sudah tertutup rapat. Sikap ketidakpedulian yang baru saja Dimas tunjukkan mengingatkannya pada situasi ketika dia pertama kali pergi ke Alam Sutra. Kata-kata Dimas yang terucap barusan membuat perasaannya menjadi sangat rumit, hingga tenggorokannya terasa kering kerontang, dia benar-benar merasa tidak nyaman dengan keadaannya sekarang. Kinanti menutup matanya sejenak, lalu berbalik ke kamarnya dan menutup pintu. Dia sandarkan tubuhnya di pintu sambil menarik napas dalam-dalam, menelan kepahitan yang melonjak dari tenggorokannya, dan tidak tahu dari mana kepahitan ini berasal atau untuk siapa. Dia hanya mengingat kata-kata Dimas bahwa dia ingin belajar menjadi anak tiri yang berkualitas, tapi tatapan pria itu sa