Kinanti berusaha mengendalikan emosinya saat tiba di vila, karena kejadian yang sama sekali tidak dia harapkan beberapa menit lalu di menara tinggi. Wajahnya sedikit pucat membuat Arsa bertanya-tanya. “Ada apa?” Arsa bertanya saat Kinanti hendak melangkah cepat menuju kamarnya. Pria tua itu sudah bangun dari tidurnya dan sedang duduk santai di sofa ruang depan. Sepertinya dia baru bangun dari tidurnya. “Aku kurang tidur semalam, Pak Arsa.” Kinanti menjawab samar-samar. “Oh. Sebaiknya kamu istirahat, tidurlah.” Kinanti menutup pintu kamarnya rapat-rapat. Sementara Dimas yang melihat pintu kamar Kinanti yang tertutup, merasa tidak berdaya dan sibuk menyalahkan diri sendiri. Dimas selama ini selalu menjadi orang yang sabar. Dalam menangani beragam proyek di perusahaan, dia bisa denga