Sedikit Curiga

864 Kata
Indra mengelap keringatnya dengan handuk kecil yang sengaja dibawanya, setelah itu tangannya langsung menyerbu botol mineral dan meminumnya dengan jumlah banyak dalam sekali teguk. Lengan berotot yang menggenggam minuman benar-benar menambah kesan seksi pada Indra. Bermain futsal jam segini benar-benar menguras tenaganya. Padahal ia biasa bermain di atas jam sembilan malam. Keringat membanjiri tubuh pria itu. Dita yang menolak kencan dengannya hari ini demi Rani, tentu saja tak menjadi masalah bagi Indra. Ia memang sudah tahu kalau sabtu adalah jadwal dua wanita itu menghabiskan waktu. Jadi, Indra tak mau mengambil pusing, terlebih ia memiliki aktivitas lain seperti yang dilakukannya saat ini, bermain futsal. Sebenarnya Indra juga ada jadwal band hari ini, yaitu jam satu siang. Begitulah Indra, di sela kesibukan bekerjanya ia juga harus menjalani hobinya dengan seimbang. Bekerja membuatnya penat, sementara futsal dan menyanyi membuat pikirannya kembali refresh. Alvindra Emeraldi Prakarsa, pria berusia 27 tahun itu seakan mewarisi ketampanan sang pangeran. Tak sedikit wanita yang meliriknya atau mencuri-curi pandang ke arahnya. Statusnya yang belum memiliki istri membuatnya terlihat semakin sempurna karena siapa pun bisa mencoba mencuri hatinya. Hidungnya yang mancung, bibir yang merah alami, senyuman yang memabukkan menjadi daya tarik. Indra juga merawat tubuhnya dengan baik sehingga bentuknya bisa dibilang sempurna. Namun, meski banyak wanita yang seakan mengejarnya, hati Indra hanya tertuju pada satu wanita yaitu Andita. Wanita itu benar-benar membuat Indra tak bisa berpaling pada wanita lain. Tanpa sadar, Indra sudah menghabiskan sebotol minuman berukuran sedang, ia benar-benar menikmati harinya. Tiba-tiba, saat meletakkan botol, teman-temannya berlarian ke arah lapangan. Indra langsung mencari tahu apa yang terjadi, ia juga ikut berlari ke arah teman-temannya yang saat ini sudah berkerumun di tengah lapangan. "Ada apa?" tanya Indra pada salah satu temannya. "Vano cedera!" "Parah nggak? Kita bawa aja ke rumah sakit," jawab Indra. Mereka semua langsung membopong Vano, pria itu tak pingsan dan masih sadar. Hanya saja kakinya terlihat kaku. Vano juga kesakitan sehingga mereka yang ada di sana memutuskan membawanya ke rumah sakit. "Kunci mobil gue ada di tas," ucap Vano sambil meringis kesakitan. "Biar gue yang nyetir," jawab Indra. Mereka akhirnya bergegas menuju rumah sakit. Indra menyetir mobil dengan hati-hati, mereka yang ikut mengantar Vano bahkan masih mengenakan kostum futsal. Tak terkecuali Indra. *** Dita mengucapkan terima kasih pada seorang pelayan yang menyajikan makanan untuknya, juga untuk Saka. Mereka berdua saat ini berada di kedai sederhana. Kedai ini sengaja dipilih Dita karena letaknya menghadap langsung ke pantai sehingga ia bisa melihat secara langsung debur ombak yang pasang dan surut. Setelah pelayan itu pergi, Dita menatap ke arah Saka. Ada hal yang membuatnya heran, rupanya Saka tengah menatapnya lekat. "Selamat makan," ucap Dita mencairkan suasana. Saka yang menyadari itu semua langsung mengalihkan pandangan ke arah makanan. "Oh, iya. Selamat makan juga, Dita." "Kamu sering ke sini, ya?" tanya Dita kemudian. "Lumayan, tapi baru kali ini datang sama perempuan." Dita sempat terkejut, tapi dia berusaha menyembunyikan rasa terkejut itu. "Masa, sih?" "Iya, Dit. Aku lebih suka tempat tenang seperti ini." "Aku juga," jawab Dita. "Yang bener?" "Iya, Saka. Aku sebenernya suka tempat begini, juga tempat sejuk semacam pegunungan. Aku bahkan nggak terlalu suka keramaian. Cuma ya, aku nggak mungkin menolak ke tempat ramai itu. Pacar dan sahabatku lebih sering ngajakku ke tempat berisik." "Jadi, selama ini kamu sering dateng ke tempat yang sebenernya kamu nggak suka, Dit?" "Aku nggak bilang nggak suka. Aku Cuma … kalau suruh milih mendingan ke tempat begini,” jawab Dita, tidak ingin Saka salah paham. “Lagian aku udah cukup terbiasa datang ke tempat ramai, kok. Aku senang berada di samping orang yang aku sayang. Aku juga nggak mau egois dengan cara maksain mereka suka ke tempat yang aku inginkan. Gitu aja, sih." "Dit, kalo aku ngajak kamu ke tempat yang kamu suka … kamu mau, kan?" "Tergantung." "Kenapa tergantung?" "Siapa tahu aku lagi sibuk." Saka tertawa ringan. "Tentu kalau kamu nggak sibuk dong." "Iya, iya," jawab Dita yang sebenarnya ragu jika akan jalan berdua lagi dengan Saka. Dita tidak mau menyakiti Indra, meskipun secara tidak langsung. Sungguh, Dita pun bingung bagaimana menjelaskan ini semua jika Indra tahu. Ya, dirinya dan Saka memang sebatas jalan-jalan, sama sekali tidak ada indikasi perselingkuhan. Namun, entah kenapa Dita tetap merasa bersalah. *** Indra berjalan keluar dari ruang pemeriksaan, dokter memutuskan untuk merawat Vano sehari. Memang cederanya tidak terlalu parah, hanya saja dokter menyarankan Vano lebih baik di rumah sakit dulu. Setelah keluarga Vano datang, Indra memutuskan untuk pamit, terlebih motornya masih ada di tempat futsal. Dengan langkah tenang, dia berjalan menyusuri rumah sakit. Tiba-tiba matanya menangkap pemandangan yang cukup membuatnya bingung sekaligus terkejut. Ia melihat Rani. Ya, sahabat Dita ada di rumah sakit. Indra berusaha mengingat ucapan kekasihnya via telepon tadi pagi. Indra ingat betul kalau Dita bilang akan keluar bersama Rani. Dan saat ini Rani ada di rumah sakit, tentu saja tidak ada Dita di sampingnya. Bisa dipastikan Rani sedang bersama keluarganya karena ada anak kecil di sampingnya. Oh Tuhan, mungkinkah Dita bohong? Pikir Indra. Sebenarnya Indra ingin sekali menyapa dan menanyakan langung pada Rani, tapi jam sudah menunjukkan pukul setengah satu, ia harus segera mengambil motornya kemudian pergi ke studio. Belum lagi harus mengganti kostumnya. Jadi, Indra rasa tidak perlu menghampiri Rani, lagi pula ia ingin Dita menjelaskan secara langsung apa yang terjadi sebenarnya. Sepanjang perjalanan, Indra selalu memikirkan Dita. Indra sadar betul, wanita itu memang benar-benar penting dalam hidupnya. "Enggak ada istilah buat nggak mikirin kamu, Dit. Semoga kamu baik-baik aja," ucapnya dalam hati. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN