Dheana bingung harus menjelaskan dan memulainya dari mana. Baginya terlalu rumit untuk menjelaskan apa yang pernah terjadi dulu. “Kalau nggak mau jelasin sekarang nggak apa-apa, jangan di paksakan.” Andara menyadarinya, wanita di hadapannya itu sedang mengalami dilema. “Selesaikan dulu satu persatu, aku akan menunggu sampai kamu siap.” Dheana menoleh, menatapnya. “Aku sudah melakukan bagianku, jujur dan terbuka. Sekarang giliranmu. Aku harap apapun keputusannya nanti, kamu jujur dan tidak ada paksaan sama sekali.” Melihat reaksi Andara saat ini semakin membuat Dheana kebingungan, pasalnya lelaki itu tidak menunjukkan sedikitpun ekspresi kesal atau marah. Seandainya saja lelaki itu marah, meluapkan kekecewaan atau merasa dikhianati, mungkin Dheana akan lebih mudah mengambil keputus