Begitulah Zahira, jika emosinya sudah kembali stabil dia akan keluar dari kamar dan langsung meluk tubuhnya tanpa kata. Arkan sudah hafal dengan sifat baru yang dimiliki Zahira jika dia sedang marah atau kecewa. Tak perlu susah-suaha dibujuk atau dirayu dia akan kembali seperti semula jika emosinya sudah kembali stabil. “Kamu dan Alma sudah makan?” Tanya Zahira untuk pertama kalinya karena sekarang sudah hampir pukul sepuluh. “Sudah, tadi aku minta tolong Pak Rahman buat beli sarapan, Alma di beliin bubur bayi di pasar.” “Dia mau?” “Mau tapi cuma sedikit.” Zahira mengeratkan pelukannya. “Maafin aku, Mas Arkan, aku nggak tau kenapa sekarang susah banget kendaliin emosi aku sendiri.” Arkan mengecup berkali-kali puncak kepala istrinya dan memaklumi keadaannya sekarang karena Zahir