Semalam setelah dokter kembali memeriksa kondisinya, Arkan mulai sadar tapi tingkahnya masih seperti orang linglung dan belum terlalu jelas mengingat kejadian yang sudah menimpanya. Semua orang merasa sangat lega terutama Zahira yang tak beranjak sedikitpun dari samping Arkan. Pagi ini Zahira mencoba mengajak Arkan berbicara karena dari semalam dia hanya diam seperti orang linglung. “Mas, kamu masih ingat aku kan?” Zahira hanya memastikan kalau Arkan tidak lupa ingatan karena kepalanya juga terkena benturan. “Zahira,” jawabnya dengan suara lemah dan serak. “Alhamdulillah, kamu nggak lupa sama aku dan udah mau buka suara.” Zahira menggenggam erat tangan Arkan yang masih terlihat lemas. “Kaki saya sakit,” rintihnya sambil berusaha meraba kakinya yang dipasang gips. “Kaki kiri kamu