Zidan menghampiri Zahira yang sedang duduk sendirian di ruang tunggu rumah sakit. Pria yang meniliki perawakan tinggi dan rambut cepak itu terlihat sangat berwibawa saat memakai jas kerja. “Ngapain kamu disini?” Tanya Zidan sambil menyodorkan minuman botol yang dia bawa. “Mas Arkan nggak mau ditemenin jadi aku tunggu disini aja,” jawabnya sambil berusaha tersenyum meski hatinya sedang tidak baik-baik saja. “Saya juga merasakan kalau Arkan lebih emosional sejak kecelakaan.” “Mas Zidan kan partner Mas Arkan aku boleh nanya sesuatu nggak?” Zidan mengangguk dan senang hati menanggapi pertanyaan istri sahabatnya. Meski sebelumnya mereka belum kenal atau dekat Zidan berusaha akrab pada Zahira. “Apapun pertanyaan kamu kalau saya paham pasti dijawab.” “Seprah apa kondisi perusahaan Mas