Hati Zahira sangat plong setelah mendapat doa dan berkah dari ustaz Mansyur. Dia bisa pulang dengan langkah yang ringan dan hati yang tenang. “Alhamdulillah, semoga nanti kita bisa kesini lagi.” Zahira memakai sabuk pengamannya dan bersiap untuk kembali ke rumahnya. “Cowok yang jalan sama kamu tadi siapa, kok kelihatannya sudah akrab banget?” “Itu Gus Faris putra kedua ustaz Mansyur, kalau yang cewek cantik tadi adiknya namanya Ning Fatmala.” “Memangnya semua santri bisa dekat sama keluarga Kyai kayak kamu gini ya?” Arkan terheran-heran saat keluarga pemilik pondok pesantren itu terlihat sangat dekat layaknya seperti saudara sendiri pada Zahira. “Enggak, Mas. Di pondok dulu aku memang abdi ndalem yang kerjanya melayani keluarga kyai jadi aku dan teman abdi yang lain sudah seperti