Setelah satu minggu mereka berduka karena kehilangan calon anaknya, Zahira maupun Arkan sama-sama masih belum bisa menerima sepenuhnya. Saat malam dan suasana sedang sepi sering kali mereka meratapi nasib mereka yang kurang beruntung. Seperti malam ini, setelah pulang kerja dia melihat Zahira terlihat sangat susah dan merenung sendiri di dalam kamar. Arkan mendekati Zahira dan menarik tubuhnya ke dalam pelukan hangat. "Jangan begini terus, Ra, kamu harus bisa seperti dulu lagi." "Gimana aku bisa semangat, Mas, kalau separuh hidupku sudah pergi." Zahira tak bisa menahan air matanya setiap berbicara dengan suaminya. "Kita akan mendapatkannya lagi, setelah tubuh kamu siap dan kuat kita akan melakukan program bayi tabung." Arkan sudah mencari rumah sakit dan dokter kandungan terbaik un