Eps. 4 Bersitatap

1213 Kata
Kini Joanna dan Tristan saling bersitatap. Keduanya merasa canggung. Ini pertemuan kali kedua mereka. Pertemuan pertama mereka berakhir buruk. Akankah pertemuan kali ini juga berakhir buruk. Tristan masih memegang pinggang Joanna dan tentu saja saat ini posisi mereka dekat sekali. Wajah mereka berdua sangat dekat, hingga bisa saling merasakan nafas mereka. Terlebih Tristan, ia berusaha melupakan dan mengubur dalam-dalam apa yang terjadi dengan wanita asing yang tak dikenalnya. Namun kini ia kembali dipertemukan dengannya. Aroma parfum Joanna, mist summer masih diingatnya. Dan aroma itu secara tidak sadar membuatnya kembali berfantasi liar. Joanna bisa merasakan nafas Tristan yang kini berubah menderu setelah sebelumnya nafas itu terasa normal beraturan. Apa yang akan pria m***m ini lakukan lagi padaku? Apakah dia akan mengulangi perbuatan bejatnya semalam? batin Joanna langsung merinding ketakutan membayangkan kejadian semalam. Sumpah, jika saja bunuh diri itu tidak haram hukumnya maka dia akan memilih metode itu untuk mengakhiri semua rasa sakitnya. Rasa sakit kehilangan sesuatu yang sangat berharga sekali, yang sama pentingnya dengan nyawa. “Kamu.” Sontak Joanna langsung mendorong tubuh pria di depannya itu sebelum berbuat macam-macam padanya lagi. Membuat Tristan melepaskan tangan yang melingkar di pinggang Joanna, dan kini ada jarak di antara mereka. “Hei.” Tristan seolah tak terima didorong begitu oleh Joanna. Setidaknya dia membantu wanita itu berdiri, bukan terima kasih yang didapatkannya, melainkan sebuah dorongan. “Kau duluan yang menabrakku.” cerocos Joanna, tanpa bisa ia bisa menahan kata-katanya yang lolos begitu saja dari bibirnya, karena amarah. Amarah karena pria itu telah mengambil kesuciannya. Kedua, pria itu tak mau bertanggung jawab dan ketiga tak mau minta maaf padanya setelah menabrak. Huh! Joanna mengumpat. Namun dia pun segera pergi dari sana. Berjalan cepat, menjauh sejauh mungkin dari Tristan. “Joanna, tunggu!” teriak Devi, temannya itu meninggalkan dirinya. Ia sampai berlari untuk mengejar Joanna. “Jadi gadis itu namanya Joanna. Aku baru melihatnya semalam. Kenapa aku tidak mengetahui jika dia juga bekerja di sini?” gumam Tristan, menatap punggung Joanna. Dia sudah bekerja di perusahaan ini selama lima bulan lebih, dan ia berada di lapangan dari pagi sampai sore, juga dari malam sampai pagi tapi tak pernah melihat sosok Joanna. Tristan masih tergugu menatap punggung Joanna. Juga masih terngiang di telinganya, apa yang wanita itu ucapkan semalam pada dirinya. “Joanna, apa kau kenal dengan pria tadi?” tanya Devi setelah ia berhasil mengajar temannya itu, dan sekarang menyejajarinya. Dari reaksi yang Joanna tunjukkan tadi, ia bisa melihat jika temannya itu kenal pada sosok Tristan. Joanna sampai memelankan langkahnya, mendengar ucapan Devi. “Aku tidak tahu dan tidak kenal petugas sekuriti tadi.” jawabnya, dengan tegas bercampur rasa kesal, yang masih belum bisa hilang. Devi nampak mengangkat satu alisnya, terkejut. Ternyata dugaannya salah. Temannya itu tak mengenal Tristan. “Apa kau tahu pria tadi? Aku bahkan baru melihatnya.” Kini malah Joanna yang penasaran pada sosok pria tadi. Sebenarnya ia tak ingin mengingat ataupun mengenal pria itu lebih jauh, tapi karena keadaan yang memaksa. Membuatnya bertanya. Selain itu ternyata mereka ada disatu tempat kerja, jadi cepat atau lambat pasti dia akan mengetahuinya juga. Tapi bagi Joanna mengetahui lebih cepat itu lebih bagus. “Dia Tristan. Petugas sekuriti di sini. Dia itu tingkatannya manajer. Kau tahu kan, manajer? Jadi wajar saja kau jarang bertemu dengannya.” tutur Devi panjang lebar. Dalam kepangkatan petugas sekuriti, posisi manajer merupakan posisi tertinggi setelah jabatan pelaksana dan supervisor. Selama ini, Joanna memang tak pernah perhatian sama sekali pada yang namanya seorang petugas sekuriti. Bahkan meliriknya saja tidak. “Manajer sekuriti?” ucap Joanna, tersenyum meremehkan. Ya, bagi Joanna petugas sekuriti bukanlah tipe pria atau suami idamannya sama sekali. Menurutnya kurang berkelas, meskipun dia sendiri bukan dari kalangan berkelas. “Ya, dia pimpinan sekuriti disini.” jawab Devi memperjelas. Pantas saja pria b******k itu sombong. Hanya manajer sekutiti saja. Apa yang bisa dibanggakan dari itu? Banyak yang lebih tinggi dari dia jabatannya tapi tidak sombong. batin Joana meremehkan sekali profesi Tristan. Alih-alih menanggapi, Joanna hanya diam dan tak berminat sama sekali membahas pria itu. Baginya pria itu sudah masuk dalam pria yang dia black list masuk kehidupnya sejak kejadian semalam. Mereka berdua pun tiba di ruangan kerja mereka. Ruangan Departemen Finance. Devi dan Joanna adalah staf administrasi di sana. Sudah tiga tahun mereka bekerja di sana. Joanna duduk di salah satu kursi di antara banyak kursi yang ada di ruangan itu. Ada dua puluh meja di sana. Tapi tidak semua yang duduk di sana adalah staf administrasi, beberapa dari mereka pindahan dari staf umum yang di tarik menjadi staf bagian finance. Tac-tac! Suara ketukan keyboard menghentak, dengan jemari lentik Joanna yang menari cepat di atasnya. “Oh.” Berulang kali, Joanna sampai menghentikan pekerjaannya untuk sejenak. Ia tak bisa fokus pada pekerjaannya kali ini, karena kembali teringat pada kejadian semalam yang terasa masih mengiris hatinya hingga terasa sembilu. Glek-glek! Joanna mengalihkan pikirannya pada sebotol air mineral yang ada di sebelah monitor komputer. Ia mengambilnya kemudian meminumnya. Entah, pikirannya terbang melayang pada kejadian semalam, hingga membuatnya pusing. “Kenapa aku tak bisa melupakannya?” gumam Joanna, kini beralih memegang kepalanya yang terasa berat. Di tempat lain, para petugas sekuriti tadi barusan selesai apel pagi. Apel kali ini Tristan yang memimpinya. Makanya tadi pagi ia terburu-buru sampai menubruk Joanna. “Apel pagi selesai. Bubar. Kalian langsung bertugas di pos masing-masing.” ucap Tristan. “Siap!” jawab para pria berseragam biru dongker itu serempak. Barisan apel itu pun bubar setelahnya. Tristan pun beranjak pergi dari sana. Bukan waktunya untuk bertugas tapi saatnya untuk pulang. “Aku lelah. Semalam sangat menguras tenagaku.” cicitnya tanpa sadar teringat pada kejadian semalam dengan Joanna. “Sial! Kenapa aku kembali memikirkan kejadian semalam?” gerutu Tristan, dengan sesak yang bersarang di d**a tiba-tiba. Ia pun membuang jauh-jauh ingatannya tentang kejadian semalam. Baru saja beberapa meter dia berjalan, sudah ada suara seorang wanita yang memanggilnya, suara yang familiar baginya. “Tristan!” panggil seorang wanita dengan mendayu-dayu. Bukannya pria itu berhenti mendengar panggilan tersebut ia malah mempercepat langkah kakinya. “Tristan!” panggil wanita itu lagi, sampai berlari mengejarnya. “Vita, kenapa kau kemari? Aku di sini sedang bekerja. Jika sampai ada atasan yang tahu ada orang asing masuk kemari, maka aku makan kena masalah.” ucapnya setengah mengusir sosok wanita yang di jauhinya. “Tentu saja aku kemari untuk bertemu dengan CEO dari Galaxy Group.” cerocosnya, keluar dari bibir berlipstik merah pekat, lolos begitu saja tanpa bisa dikendalikan. Ssts! Tristan sampai membekap bibir Vita. “Jaga bicaramu. Jangan sampai ada yang mengetahui hal itu di sini, bisa gawat.” Vita pun mengangguk dan Tristan menarik tangannya lagi. Tristan berjalan cepat ke tempat parkir. Namun Vita tetap mengikutinya. Bahkan suasana di sana saat ini sepi. Karena semua pekerja di perusahaan ini sedang sibuk bekerja. Vita pun memanfaatkan suasana yang sepi. Ia menghampiri Tristan yang akan naik ke motor sport. Pagi ini dia sengaja memakai baju seksi dengan belahan d**a rendah yang memperlihatkan bagian indah tubuhnya itu. Ia ingin menggoda Tristan, jika bisa melahapnya pula. Itu yang dia inginkan. “Tristan, aku ingin kau mengantarku pulang.” ucap Vita. Ia berdiri tepat di depan Tristan sembari menyentuh d**a bidang pria itu, juga menempelkan bagian dadanya. “Vita apa yang kau lakukan?” hardik Tristan geram, saat wanita itu tak hanya menyentuh dadanya tapi juga menyentuh area sensitifnya di bawah sana.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN