Joanna kembali ke kamar karena mengkhawatirkan kondisi Tristan. Meskipun dia masih kesal pada pria itu namun hati kecilnya masih mempunyai rasa iba.
Pasti tubuhnya sekarang semerah lobster setelah terkena lumpur tadi, batin Joanna.
Dia kemudian menoleh ke belakang untuk melihat pria asing yang tadi ia lewati, namun ternyata sosok pria itu sudah hilang.
“Di mana pria tadi? Kenapa cepat sekali hilangnya?” pekik Joanna.
Berbagai pikiran negatif pun mulai muncul dalam pikiran Joanna.
“Jangan-jangan pria itu pencuri!” Sontak, ia pun berlari ke kamar.
Joanna masuk ke kamar dengan menyentak pintu. Sepasang manik matanya kemudian berputar mengamati sekitar.
“Oh, syukurlah tak ada pencuri yang masuk kemari.”
Ruangan di kamar tampak rapi seperti sebelumnya, juga tak ada sesuatu yang hilan
