Ketika Anda mengunjungi situs web kami, jika Anda memberikan persetujuan, kami akan menggunakan cookie untuk mengumpulkan data statistik gabungan guna meningkatkan layanan kami dan mengingat pilihan Anda untuk kunjungan berikutnya. Kebijakan Cookie & Kebijakan Privasi
Pembaca yang Terhormat, kami membutuhkan cookie supaya situs web kami tetap berjalan dengan lancar dan menawarkan konten yang dipersonalisasi untuk memenuhi kebutuhan Anda dengan lebih baik, sehingga kami dapat memastikan pengalaman membaca yang terbaik. Anda dapat mengubah izin Anda terhadap pengaturan cookie di bawah ini kapan saja.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Joanna yang takut, terlebih melihat bebatuan besar, menggenggam erat tangan Tristan kali ini dengan sadar. “Aku tak bisa berenang,” ujar Joanna sembari menatap sepasang manik mata coklat Tristan. Dalam keadaan terdesak seperti ini dia sudah lupa semua dengan kekesalan juga kebencian pada pria itu. Yang ada kini perasaan takut dan rasa ingin bergantung, juga keinginan untuk menyelamatkan dirinya. “Aku tahu kau tidak bisa berenang. Maka dari itu aku menemanimu. Percayalah padaku, kita berdua akan selamat.” Di antara rasa takut dan juga rasa bencinya, Joanna hanya mengangguk saja. Ia benar-benar tidak bisa berpikir sekarang. Apa saja yang dikatakan Tristan saat ini, semuanya kan dia turuti tanpa penolakan sedikit pun. “Jangan lihat kebawah. Lihat aku saja!” Bukan tanpa alasan Tristan