Mereka berdua saling menatap satu sama lain.
"Deg! deg! deg!" Degup jantung Jonita terasa melompat ingin keluar dari rongga dadanya.
"Apa ini? Kenapa wajah pria di depanku ini terlihat sangat jelas. Jelas-jelas tampan!" Bisiknya di dalam hatinya mengagumi sosok di depannya. Satu detik kemudian kembali tersadar dari lamunannya.
Jordan masih memegangi pinggang Jonita, tubuh basah kuyup itu berada di dalam pelukannya. Dan dia tidak sadar, bajunya sendiri menjadi ikut basah karena merengkuh baju basah Jonita.
"Astaga! apa aku sudah gila?! mengagumi pria yang seharusnya jadi musuh bebuyutanku!?" Jonita melepaskan kedua tangan Jordan dari pinggangnya.
"Maaf aku tadi cuma.."
"Cuma apa? dasar Om Om modus! pyak!" Sergahnya sambil melengos berbalik pergi hingga rambut basahnya menampar wajah Jordan.
"Astaga! gadis kecil itu, temperamennya buruk sekali." Keluhnya sambil menjauhkan bajunya dari kulit dadanya, menatap shirt lengan pendek warna hitam miliknya jadi basah kuyup.
Sesampainya di kamar hotel Jonita segera melangkah menuju kamar mandi membersihkan tubuhnya sekaligus berganti pakaian dengan pakaian tidurnya.
Tiga puluh menit kemudian..
"Tok! tok! tok!" Terdengar suara ketukan pintu kamar Jonita.
"Tok! tok! tok!" Terdengar suara ketukan pintu lagi.
"Siapa sih, malam-malam begini? masa paman Rudi? mungkin saja, tapi kan aku baru saja mengirimkan pesan. Cepat sekali sampainya, krataaak.." Bergumam sambil berjalan membuka pintu tanpa ragu.
Gaun tidur satin dengan tali kecil di kedua bahunya mulusnya. Jordan terkejut melihat pemandangan di depannya itu. Dia hampir berteriak tapi tidak jadi.
Jonita mendapati dirinya berada di luar pintu kamarnya, wajah gadis itu lebih terkejut daripada melihat hantu saat menatap ke arahnya.
"Aaaaaaaaaaaa! braaaakkkk!" Berteriak kencang, lebih kencang dari suara klakson mobil. Satu detik berikutnya membanting daun pintu, menutupnya kembali di depan wajah Jordan.
"Astaga! ngapain pria itu di luar pintu kamarku? dia juga mengetuk pintuku?!" Jonita menggigit ujung kuku ibu jarinya, kebingungan mondar-mandir di dalam kamarnya.
"Tok! tok! tok!"
"Kreeekkk." Membuka setengah pintu, melongokkan kepalanya keluar kamar.
"Nih!" Mengulurkan shirt warna hitam tadi sore.
"Apa ini?" Tanyanya bingung tidak mengerti.
"Menurutmu ini apa?"
"Bajumu?"
"Nah itu tahu! Cuci dan keringkan!" Ujarnya sambil melemparkannya ke atas kepala Jonita.
"Kamu pikir aku pembantumu! sialan! buk!" Melemparkan ganti ke atas kepala Jordan. Kemudian menutup daun pintunya kembali tapi tidak bisa karena Jordan menahan dengan kakinya.
"Singkirkan kakimu!" Teriak Jonita sambil mendelik menatapnya.
"Kamu lupa? siapa yang membuat bajuku basah kuyup dan bau keringatmu?!" Menahan daun pintu dengan tangan kirinya.
"Kamu yang menarik tali tasku! kenapa sekarang malah menyalahkanku? dasar Om Om!" Tidak mau kalah masih mencoba menutup pintu.
"Woaahhh! kamu lupa kalau kamu yang berteriak-teriak padaku!" Membuka daun pintu dengan paksa berkacak pinggang di ambang pintu menatap tanpa berkedip ke arah Jonita dengan pakaian minimnya.
Dua tungkai kaki yang ramping dan mulus, leher jenjang dengan lekukan tubuh sempurna. Di usianya tubuh Jonita terhitung seksi dan berisi.
"Keluar dari dalam kamarku! aku sudah bilang, kita gak usah sok saling kenal! aku akan mencuci dan mengeringkannya. Puas?!" Melangkah mendekat merebut shirt hitam dari genggaman tangan Jordan.
Jonita segera mendorong d**a Jordan agar keluar dari dalam kamarnya.
"Keras sekali dadanya.." Bisik Jonita dari dalam hatinya.
"Sebentar!" Pria itu menggenggam kedua tangannya, menghentikan aksi mendorongnya.
"Apa lagi? cepat katakan dan segera keluar dari kamarku!" Jonita mendongak menatap wajah di depannya itu, dia sedikit takut karena mereka hanya berdua saja di sana.
"Dasar cewe bau kencur!" Menyeringai kemudian keluar dari dalam kamarnya.
"Woi Om Om nyebelin! Om om gila! ngeselin!" Teriaknya tanpa peduli dia mendengarnya atau tidak. Jonita berbalik menutup pintu kamar lalu melompat ke atas tempat tidurnya.
"Ahhhh! nyamannya!" Berbaring terlentang sambil merasakan lembutnya tempat tidurnya. Pandangan matanya kemudian beralih pada shirt hitam di tepi tempat tidurnya.
"Masa sih bau keringatku nempel di sini?!" Bergumam sambil menciumi shirt hitam tersebut mencari aroma keringatnya.
"Kreeekkk! apa yang kamu katakan barusan!? kamu bilang aku gi..la?" Jordan membuka pintu melongo melihat Jonita mencium pakaian miliknya.
"Kamu salah faham! aku hanya mencium untuk mencium, untuk, maksudku aku sedang mencari aroma tubuhku di sini. Kamu bilang tadi bau keringatku di sini. Jadi aku.. mencoba mencarinya.." Ujarnya sambil nyengir lalu buru-buru melemparkan shirt hitam itu kembali ke atas tempat tidurnya.
"Tapi kamu terlihat sangat bernafsu menciumi bajuku. Apa kamu sedang berfantasi?" Berkacak pinggang menertawakan Jonita.
"Dasar! Om tua! jangan asal menebak! sudah keluar dari dalam kamarku!" Terburu-buru berlari turun, kakinya terpeleset dari atas tempat tidurnya.
"Akh!" Jordan menangkap pinggangnya segera, melotot terkejut melihat belahan dadanya. Refleks melepaskan genggaman tangannya pada pinggangnya hingga Jonita jatuh terjembab di atas lantai.
"Bruuuuk! astaga! dasar pria jahat! kamu pasti sengaja menjatuhkan tubuhku ke lantai!" Teriaknya saat pria itu berlari kabur keluar dari dalam kamarnya.
Jordan menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidurnya, masih jelas bagaimana bayangan Jonita di dalam benaknya.
"Kenapa aku merasa sangat tidak nyaman, saat melihat tubuhnya? Apakah aku benar-benar sudah tidak waras lagi?!" Menggerutu merutuki dirinya sendiri.
"Aku rasa aku sudah benar-benar gila! bagaimana mungkin aku terus memikirkannya?! begitu banyak gadis mengantri di luar sana menungguku. Juga Lina pramugari tercantik yang selalu jadi rebutan satu timku."
"Aku rasa ini hanya karena jengkel yang berlebih saat bertemu dengannya! ya ini hanyalah perasaan kesal belaka!" Kembali menepis perasaan yang diam-diam merasuki hatinya tanpa dia sadari.
Jonita memijit pinggangnya mengoleskan salep untuk menghilangkan rasa nyeri. Bayangan pertemuan tadi pagi bersama Jordan kembali melintas pada ingatannya.
Lembaran-lembaran ingatan saat pria itu mendorongnya ke dinding, kemudian jatuh menimpanya saat dia membuka pintu, terakhir tadi sore saat di dalam minimarket.
"Wajahnya tidak terlalu buruk, tapi usianya pasti selisih sepuluh tahun lebih tua dari usiaku! hahahaha! apa aku sudah gila? kenapa repot-repot memikirkanya? pria sinting itu!" Jonita menggelengkan kepalanya berkali-kali lalu bertelungkup di bawah selimut.
Keesokan harinya, Jonita sudah bersiap-siap untuk pergi keluar dari dalam kamarnya. Gadis itu mengenakan celana jeans juga kaos santai warna biru muda.
Saat mengunci pintu kamarnya dia melirik pintu kamar di sebelahnya.
"Apa dia sudah pergi sepagi ini? ah sudahlah! bukan urusanku!" Berlalu dari depan kamar Jordan.
Tapi saat baru melangkah satu langkah tiba-tiba pintu kamar Jordan terbuka. Pria itu menarik tangannya masuk ke dalam kamarnya.
"Kau! apa yang kau lakukan?!" Teriaknya bingung saat Jordan menghimpit tubuhnya di balik daun pintu kamarnya.
"Sssst!" Jordan membekap mulutnya dengan telapak tangan kanannya.
Pria itu mengenakan piyama mandi dengan tali di pinggang. d**a atletisnya terpampang jelas di depan mata Jonita.
"Bantu aku, sebentar saja!" Ujar Jordan sambil berbicara dengan nada serius.