14. Tawaran Kerja

1014 Kata
Beberapa bulan berlalu tanpa terasa. Selama itu pula Yuri disibukkan dengan skripsinya hingga gadis itu berhasil lulus dengan nilai yang sangat memuaskan. Sesuai dengan yang dia harapkan. Perjuangannya hingga di titik ini tidak lah sia-sia. Hanya saja ada yang mengganggu pikirannya karena keberhasilannya ini tak dapat ia pamerkan pada Kakek Erwin. Iya, lebih tepatnya tujuh bulan yang lalu, lelaki tua yang merupakan mertuanya itu sakit dan dibawa berobat ke luar negeri yang Yuri sendiri tak pernah tau di mana keberadaan beliau. Yuri hanya mendengar cerita tersebut dari Zakwan. Orang kepercayaan Erik yang selama ini kerap membantunya. Bahkan karena Zakwan pula, Yuri jadi terbebas dari gangguan Bagas sehingga kehidupan Yuri menjadi jauh lebih tenang. Dan mengenai Erik sendiri, Yuri tak pernah tau bagaimana kabar lelaki itu karena Erik juga tidak pernah menghubunginya secara langsung. Jika ada sesuatu, pasti Zakwan yang menjadi perantara. Yuri sendiri pun juga tidak pernah mencoba mencari tahu tentang Erik karena dia tidak mau dianggap yang kecintaan pada pria dewasa yang telah menikahinya itu. Yang penting, nafkah bulanan dari Erik selalu rutin ditransfer. Dari uang itu pula kehidupan perekonomian Yuri menjadi jauh lebih baik lagi. Hari ini adalah hari bersejarah di mana Yuri akan melakukan wisuda. Sejak pagi bahkan gadis itu sudah berada di salon bersama Tania. "Tan, mama dan papa Bayu jadi pulang, kan?" tanya Yuri melirik gadis yang duduk di seberangnya, sedang dirias sama sepertinya. "Semalam mereka sampai. Fiuh, aku udah ketar ketir saja takut kalau wisuda enggak didampingi mama." Mamanya Tania memang sebulan sekali akan pergi ke luar negeri mengunjungi ayah dari papa Bayu yang katanya sakit. Dan satu minggu lalu, mereka dikabari jika kondisi beliau drop lagi sehingga mamanya Tania dan papa Bayu harus berangkat ke luar negeri. Saat itu, Tania sedih karena berpikir bahwa saat wisudanya tak ada keluarga yang mendampingi. Namun, ternyata sang mama bisa pulang tepat waktu. "Syukur lah, Tan. Jangan sedih lagi, ya?" "Iya. Aku seneng banget, Yur." "Terus kondisi kakek kamu gimana?" "Kata mama sudah mendingan." "Alhamdulillah." Dan keduanya kembali sibuk dengan urusan riasan. ••• Suasana ballroom hotel yang telah disulap sebagai tempat wisuda, tampak ramai oleh para wisudawan dan wisudawati berserta para keluarga. Tampak binar-binar bahagia di mata merkea. Tak terkecuali dengan Yuri yang saat ini didampingi oleh kakak lelakinya, Yoga. Beserta Fina dan Vino tentunya. "Selamat ya, Dek. Pada akhirnya kamu lulus juga. Maaf karena kakak tidak bisa membiayai kuliah kamu selama ini," ucap Yoga dengan mata berkaca-kaca merasa telah gagal menjadi pengganti orangtuanya. Bahkan, Yuri sangat mandiri sampai bisa di titik ini. Terlebih lagi adalah pengorbanan Yuri yang harus rela menikah dengan orang yang baru dikenal lalu ditinggalkan begitu saja hingga saat ini hampir satu tahun lamanya. "Terima kasih ya, Kak. Jangan bicara begitu. Di dunia ini hanya Kak Yoga, Kak Fina dan Vino yang aku punya." "Apa kamu lupa jika kamu masih punya suami, Dek?" Yuri diam. Senyumnya menghilang saat mengingat tentang Erik. Entah berada di mana suaminya itu. Bahkan di hari spesialnya pun Erik tak ada kabar beritanya. "Aku tidak pernah lupa dengan Paman Erik, Kak. Berkat dia juga aku masih mampu lanjut kuliah hingga lulus." "Kakak juga telah banyak merepotkan kamu dan Erik. Secara tidak langsung, kakak juga numpang hidup sama kamu selama beberapa bulan lalu ketika kakak belum mampu bekerja lagi." "Sudahlah, Kak. Namanya keluarga juga wajar jika kita saling bantu. Toh, Paman Erik juga tidak keberatan dan justru dia sendiri yang memberikan uang itu padaku." "Semoga saja Erik dan Pak Erwin selalu baik-baik saja," ucap Yoga yang juga tak tau di mana keberadaan mereka. Yuri memaksakan senyuman meski dalam hatinya ada rasa yang tak mampu dia ungkapkan. "Selamat siang, maaf jika saya terlambat datang." Seseorang yang datang menghampiri, mengejutkan Yuri. Pun halnya dengan Yoga juga Fina yang memandang saling bergantian pada Zakwan serta bunga di tangan pria itu. "Zak! Kau datang?" tanya Yuri pada sopir pribadi Erik sekaligus seseorang yang selama ini telah banyak membantunya. Zakwan tersenyum seraya mengulurkan buket bunga di tangannya. "Nona Yuri, ini adalah bunga titipan dari Tuan Erik. Maaf, beliau tidak bisa hadir dalam acara ini." Yuri menerima bunga tersebut dengan mata berkaca-kaca. Di sana juga terdapat sebuah kartu ucapan untuknya. Tanpa sadar, sudut bibir Yuri melengkungkan senyuman. Meski berbulan-bulan tidak pernah menampakkan dirinya, akan tetapi Erik masih mau perduli padanya. "Katakan pada Paman Erik, terima kasih." "Sama-sama, Nona. Kalau begitu saya permisi dulu. Sekali lagi ... selamat untuk kelulusan Nona." Yuri memperhatikan punggung Zakwan yang menjauh. Hingga tepukan di bahu yang dilakukan oleh Yoga, menyadarkan Yuri dari lamunan. "Ayo kita rayakan kelulusan kamu? Mungkin kita mau makan-makan dulu sebelum pulang?" Yuri mengangguk. Ketika mereka hendak meninggalkan tempat, lagi-lagi seseorang memanggilnya. "Yuri!" Gadis itu menoleh. Senyumnya melebar. "Tania!" "Ayo kita foto-foto dulu?" ajakan Tania yang diangguki kepala oleh gadis itu. Rupanya Tania tidak sendiri tapi ada mama dan papa tirinya. "Yuri selamat ya untuk kelulusan kalian." "Terima kasih, Tante." "Oh, ya ngomong-ngomong Tania dan Yuri sudah ada rencana apa setelah ini?" tanya Bayu Candra yang ikut bergabung bersama mereka. "Kalau saya rencananya mau melamar kerja, Om." "Gimana kalau kalian berdua bekerja di kantor Om saja?" Yuri dan Tania saling pandang. Yuri jelas antusias mendapatkan tawaran itu. "Eum ... apa ada lowongan buat kami, Om? Kalau ada .... dengan senang hati saya mau. Kamu gimana, Tan?" "Ya ayolah. Kapan lagi kita bisa dapat kesempatan kerja kantoran? Bukankah ini seperti yang selama ini kita impikan?" "Kalau kalian setuju ... besok datang saja ke kantor. Bawa surat lamaran kerjanya sekalian." Namun, Tania malah menyela. "Pa, terima kasih untuk tawaran Papa Bayu. Hanya saja kalau bisa jangan ada yang tau kalau kita berdua kenal dengan papa. Apalagi tau kalau kita kerja karena koneksi papa. Saya dan Yuri akan lebih senang jika diterima kerja atas prestasi yang kita punya." Bayu Candra salut akan apa yang dikatakan oleh Tania. "Baiklah kalau begitu. Kalian berdua akan diterima kerja sesuai dengan syarat yang ada dan posisi yang sedang kosong nantinya. Saya juga tidak akan bilang-bilang ke karyawan saya jika Tania adalah putri saya." Tania tersenyum lebar. "Terima kasih banyak, Pa. Yuri, kamu bersedia kan kalau kita coba melamar kerja di kantor papa Bayu?" Yuri pun mengangguk setuju.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN