6. Menikah

1039 Kata
Yuri menatap nanar pada buku nikah di tangannya. Hela napas keluar dari sela bibirnya. Siapa sangka dia betulan menikah sekarang, pasca dua minggu yang lalu kakek Erwin memohon padanya agar mau dinikahkan dengan putranya. Dan setelah melalui pemikiran yang panjang serta diskusi yang alot dengan kakak lelakinya, pada akhirnya Yuri memutuskan bersedia menikah dengan Erik Candra. Tentunya dengan beberapa syarat serta permintaan Yuri yang dikabulkan oleh Kakek Erwin dan Erik Candra. Salah satunya adalah pernikahan rahasia yang tidak dibolehkan oleh Yuri diketahui oleh siapapun juga. Hanya mereka keluarga inti saja yang mengetahui. Dan juga para saksi pernikahan yang berasal dari sopir pribadi Kakek Erwin serta sekretaris pribadi sekaligus orang kepercayaan Erik. Sementara dari pihak Yuri, adalah dokter dan perawat yang setiap hari menangani Yoga yang turut menjadi saksi pernikahan Yurika dengan Erik Candra. Iya, benar sekali. Pernikahan Erik dengan Yuri memang dilangsungkan di rumah sakit sebab kondisi Yoga yang belum sepenuhnya pulih. Tepat satu jam yang lalu, di dalam ruang perawatan Yoga, Erik dan Yuri melakukan ijab kabul dengan Yoga lah yang menjadi walinya. Semua seperti mimpi. Tak pernah terbayangkan di benak Yuri jika dia akan menikah secepat ini. Bukan tanpa sebab Yuri menginginkan pernikahan ini dirahasiakan. Lantaran status Yuri yang masih seorang mahasiswi, Yuri tidak ingin terbebani dengan status istri. Dan kenapa pada akhirnya dia mau menerima tawaran Kakek Erwin ... ya karena Yuri ingin meringankan beban kakak lelakinya. Siapa yang akan membiayai hidup mereka jika Yoga belum bisa bekerja. Anggap saja Yuri memang memanfaatkan kondisi ini untuk kepentingan pribadi. Namun, untuk saat ini hanya inilah yang bisa dia lakukan untuk membantu Yoga dan Fina. Yuri tidak mau keponakannya yang masih TK akan sengsara hidupnya karena Yoga tak bisa lagi menjadi tulang punggung keluarga. Yuri sendiri memang bekerja akan tetapi hasil kerjanya hanya mampu untuk membiayai kehidupannya sendiri dan biaya kuliah. Setidaknya dengan menikah maka dia bisa mendapatkan nafkah dari Erik seperti yang Kakek Erwin janjikan padanya. Meski Yuri juga tidak tau secara pasti berapa banyak harta kekayaan keluarga Erwin dan Erik Candra. Namun, karena kakek Erwin sudah menjanjikan kehidupan yang layak untuknya, jadilah Yuri berpikir memang inilah jalan yang harus dia ambil. Rela mengorbankan dirinya dinikahi pria yang bahkan baru ia kenal sehari menjelang akad. Yuri hanya bisa berpikir realistis jika hidup memang butuh uang. Toh, bukan dia yang minta tapi Kakek Erwin sendiri yang menawarkan padanya. "Yuri!" panggilan itu menyentak lamunan Yuri yang masih duduk diam sibuk dengan lamunan. Kepala Yuri mendongak, ada kakek Erwin yang mendekatinya. "Iya Kek?" Kakek Erwin tersenyum senang. "Yuri, akhirnya kamu sudah resmi menjadi bagian dari keluarga saya. Saya sangat senang pada akhirnya kamu mau menikah dengan Erik, Yuri." "Iya, Kek. Saya juga berterima kasih sama kakek karena sudah mau perduli pada gadis biasa seperti saya ini." Senyuman tulus nampak di wajah pria tua yang kulitnya mulai keriput. Ada kebahagian yang dapat Yuri tangkap dan wanita itu merasa menemukan kembali sosok orang tua yang telah lama meninggalkannya. "Pa!" Erik tiba-tiba mendekat setelah beberapa saat lalu mengobrol dengan Yoga dan sekretaris pribadinya. "Iya? Sudah selesai semua, Rik?" Erik mengangguk. "Sudah. Aku harus ke kantor. Ada meeting setelah makan siang nanti." "Kamu ini baru saja menikah kenapa sudah memikirkan kerjaan. Seharusnya kamu habiskan waktumu untuk saling mengenal dengan Yuri." Erik melirik pada gadis muda yang sedang menundukkan kepala. Ini adalah pertemuan kedua mereka setelah kemarin sang papa membawanya berkenalan dengan sosok Yurika. Di mata Erik, Yuri terlalu muda untuk dia jadikan istri. Mana belum lulus kuliah juga. Tapi mau gimana lagi. Erik sudah terlanjur janji pada papanya untuk bersedia menikah. Semua juga sebab keinginan besarnya untuk ekspansi perusahaan hingga ke manca negara. Tak apa. Toh, setelah ini Erik juga tidak tinggal di Indonesia lagi untuk waktu yang belum bisa ia tentukan. Jadi Erik tak perlu pusing-pusing mengurusi soalan Yuri. Biar saja uangnya yang menjadi pengikat pernikahan di antara mereka berdua. "Bukankah aku sudah mengikuti apa yang papa mau. Jadi, masalah perkenalan bisa dilakukan kapan saja. Toh, kami sudah menikah. Masih punya banyak waktu untuk saling mengenal satu dengan yang lain. Bukan begitu, Yuri?" Sungguh, dihadapkan dengan Erik, membuat Yuri hilang nyali. Tampan tapi penuh intimidasi membuat Yuri merasa ketakutan sendiri. Sehingga yang gadis itu lakukan hanyalah menganggukkan kepalanya. Bahkan tak ada satu orang pun yang bisa menahan kepergian Erik bersama asistennya. Hingga kini tinggal tersisa Erwin bersama orang-orang kepercayaannya yang masih berada di dalam kamar perawatan Yoga. "Yoga!" Panggil Kakek Erwin mengalihkan atensi Yoga dari sang adik perempuan satu-satunya. "Iya, Pak Erwin." "Yuri sekarang sudah menjadi bagian dari keluargaku. Apa kamu keberatan jika Yuri aku bawa tinggal bersamaku?" Yoga tidak menjawab. Lelaki yang masih belum bisa banyak beraktivitas dan hanya berbaring di atas ranjang rumah sakit itu kembali menatap pada adiknya. Mencari jawaban pada adiknya sebab Yoga tidak ingin memaksa Yuri. Dengan mengijinkan Yuri menikah saja sudah membuat Yoga merasa sangat bersalah. "Pak Erwin, semua keputusan saya serahkan pada Yuri karena Yuri yang akan menjalaninya." Erwin pun memandang pada Yuri. "Bagaimana Yuri? Kamu mau kan tinggal di rumah saya?" Yuri sungguh tak bisa jika harus tinggal seatap dengan Erik karena dalam dirinya sendiri masih belum bisa sepenuhnya menjalani pernikahan ini. Hanya saja untuk menolak secara langsung juga enggan ia ungkapkan sehingga yang Yuri bisa lakukan adalah menjawab, "Kek. Saya pikir selama masih kuliah, saya akan tetap tinggal di rumah kos saja yang dekat dari kampus. Dan lagipula tidak ada yang tau jika saya sudah menikah. Tapi, nanti jika saya sudah lulus ... saya akan pikirkan lagi tawaran kakek ini." Erwin menghela napas panjang. "Baiklah, Yuri, jika itu yang kamu inginkan saya tidak akan memaksa. Tapi kamu juga harus janji untuk mengijinkan saya mengunjungi kamu. Atau kamu yang harus datang ke rumah mengunjungi saya. Gimana?" Yuri menganggukkan kepala. "Siap, Kek!" "Ya sudah kalau begitu saya pamit pulang. Kasihan Yoga harus istirahat." "Pak Erwin, terima kasih untuk semua bantuan yang sudah Anda berikan," ucap Yoga saat melihat Erwin beranjak berdiri. "Sama-sama, Yoga. Saya juga berterima kasih sama kamu karena sudah mengijinkan saya menikahkan Erik dengan Yuri. Kamu bisa lihat sendiri kan bagaimana Erik yang gila kerja. Jika tidak dipaksa menikah mungkin sampai mati pun dia akan tetap memilih hidup tanpa pasangan. Sekarang sudah ada Yuri. Dan hal itu membuat saya lega. Setidaknya di usia saya yang sudah tua ini, bisa melihat putra saya menikah juga."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN