“Emma!” Putraku mengulurkan tangannya yang menggenggam sebungkus camilan dengan isi nan remuk sudah. “Gaga.” “Agha tadi makan di kafe banyak lho. Sudah nenen juga. Nanti lagi ya mamnya ya?” ujarku, khawatir ia muntah karena kekenyangan sementara kami masih dalam perjalanan. Butuh waktu sekitar 20-menit lagi hingga kami tiba di kediaman Mommy Sandra dan Daddy Dewa. “Mamaaa! GAGA! MAAA!” “Eh, kok marah-marah?” “Emmam! Wawawa, hmmm! MAAA!” Aku menahan tawa, sementara Bang Tristan dan Mita yang duduk balik kursi pengemudi dan kopilot terekeh kompak. Kalau Bang Arga justru langsung terlelap begitu kepalanya bertemu bantal. “Emma! Syebegem-syebegem!” omel Agha kemudian. Mita menoleh pada kami. “Agha ngomong apa?” tanyanya seraya tergelak. “Jargon Agha kalau lagi kesal, Aunty. Syebegem-sy

