150:ARGA-YANG UTAMA

1338 Kata

“Beneran ya, Abang? Kasih tau Ayra kalau Agha nangis.” “Iyalah, Ay. Aku ngga punya asi.” “Iya sih,” ujar istri gue seraya terkekeh. Lah ada-ada aja, ngga mungkin banget kan Agha nangis malah gue diamin sampai capek sendiri? “Bye, Agha. Mama pijit sebentar ya?” lanjutnya, mengucap salam ke Agha lalu menciumi pipi bayi kami. “Aku?” “Astaghfirullah.” Ayra malah ketawa lagi coba. Ia menangkup wajah gue, mencium kedua pipi, sementara gue menyambar bibirnya. Mama bilang, urut nusantara tetap yang terbaik. Tapi, berhubung gesture tubuhnya Ayra memperlihatkan kelelahan, ya sudahlah … yang ada aja dimanfaatin. Ngga lama Ayra masuk ke spa house, Gent balik ke mobil, membawa amunisi aneka camilan. Ia lalu mengatur kenyamanan kursi baru kemudian memainkan sebuah film di head unit. “Kau baik-ba

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN