“ Apa yang kau lakukan? Turun! "ujar Arka dengan penuh ketegasan, meminta agar Dita turun dari pangkuannya, namun hanya disambut dengan senyuman misterius oleh Dita, tanpa turun dari pangkuan Arka yang perintah Arka tadi, membuat Arka langsung menyipitkan matanya.
"Kau tidak dengar ucapanku tadi?" tanya Arka dengan nada dinginnya, yang lagi-lagi hanya membuat Dita kembali tersenyum.
"Memangnya kenapa kalau aku tidak turun?" tanya Dita dengan penuh keberanian, membuat Arka langsung mengangkat tangannya dan menjepit kedua pipi Dita dengan wajah yang terlihat marah, namun tidak membuat Dita merasa takut.
“Siapa kau berani duduk di pangkuanku. Orang yang pantas duduk di pangkuanku, itu adalah orang yang spesial bagiku. “ Ujar Arka yang membuat Dita langsung bergerak untuk menepis tangan Arka, hingga tangan Arka lepas dari wajahnya.
"Kalau aku tidak turun dari pangkuan kamu, berarti aku orang yang spesial. “Ujar Dita yang membuat Arkan terpancing emosi.
“ Ku ucapkan sekali lagi. Turun!” ujar Arka yang sudah kehilangan rasa sabarnya menghadapi Dita, wanita yang sama sekali tidak ia kenal.
Dita bukannya turun mengikuti perintah dari Arka, Justru Dita malah mengalungkan kedua tangannya pada leher Arka, membuat Arka langsung mengangkat tubuh Dita, hingga posisi Dita sudah seperti seekor anak monyet yang menempel pada ibunya.
“ Jangan menggertak ku, Tampan. Aku menantangmu.” Ujar Dita yang langsung membuat Arka membawa langkah lebarnya untuk membawa Dita keluar dari keramaian.
Arka membawa Dita ke sebuah kamar, yang ternyata itu tidak membuat Dita sama sekali merasa takut, dan masih menganggap kalau apa yang akan dilakukan oleh Arka nanti terhadap dirinya hanyalah sebuah gertakan saja. Arka menendang pintu kamar VIP itu dengan kasar hingga terbuka lebar, dan melempar tubuh Dita ke ranjang, lalu kembali menutup pintu kamar VIP tersebut dengan cara menendangnya lagi, dan melonggarkan dasinya.
Arka dengan langkah pelannya mendekati Dita, yang ternyata, di mata Arka, Dita benar-benar wanita yang sangat berani. Satu kaki Arka sudah mulai naik ke atas ranjang, dan itu masih tidak membuat Dita merasa takut atau mencoba untuk menghindarinya, justru Dita malah memperlihatkan senyumnya.
Arka kembali menarik dagu Dita ya masih tersenyum padanya, dan menatap Dita dengan tatapan lekatnya.
"Katakan, Siapa yang mengirimmu ke sini." Titah Arka yang ingin tahu Apa tujuan Dita mendekati dirinya.
"Memangnya siapa yang menyuruhku. Aku datang ke sini karena inisiatif sendiri. Tadinya aku tidak sengaja jatuh ke pangkuan kamu. Tapi karena aku mendengar ocehan dari kamu, aku jadi tertarik. "Ujar Dita yang membuat Arka langsung menatap Dita dengan tatapan penuh selidik, yang ternyata Arka tidak menemukan rencana apapun di mata Dita.
Ternyata Dita benar-benar sangat mahir dalam menjalankan sebuah rencana, dimana Arka tidak menyadari kalau Dita mendekati dirinya itu karena sebuah rencana, bukan sebuah kebetulan saja seperti yang dikatakan oleh Dita tadi pada Arka.
“Jadi kamu tidak sengaja? Kalau begitu ke keluar dari kamar ini. "Ujar Arka dengan penuh ketegasan, membuat Dita langsung menarik dasi Arka, hingga hidung keduanya saling bersentuhan.
” Aku jadi penasaran, apa yang terjadi pada diriku kalau seandainya aku tidak keluar dari kamar ini. "Ujar Dita yang membuat Arka langsung memejamkan matanya dengan pelan-kema meresapi aroma mulut Dita yang tercium sangat menenangkan hatinya. Arka sedikit mengelus bibir Dita dengan ibu jarinya, dan juga dengan perlahan Arka membuka matanya, dan tatapan keduanya mulai bertabrakan.
“ Apa aku harus mengobati rasa penasaranmu? “tanya Arka dengan nada yang terdengar sangat pelan, bahkan nyaris berbisik, namun masih Terdengar sangat jelas di telinga Dita.
Dita langsung mengelus jakun Arka dengan lembut, membuat Arka menelan ludahnya hingga berulang kali, hingga menambahkan pesona yang sangat spesial di mata Dita.
"Aku tidak percaya kalau calon suamiku setampan ini." Gumam Dita dalam hati saat menyadari ketampanan Arka yang tidak tertandingi, dimana Dita masih menganggap kalau Arka memang pria yang dijodohkan oleh orang tua mereka, padahal, pria itu bukan Arka.
“ Apa kamu mau memecahkan rasa penasaranku kalau aku menjawabnya dengan kalimat, IYA? “ tanya Dita yang sedikit penasaran. Arka yang mendengar pertanyaan Dita langsung tersenyum, dan mendorong d**a Dita hingga Dita kembali terbaring sempurna. Arka mendekatkan wajahnya pada wajah Dita, dan langsung menyesap leher Dita, hingga meninggalkan bekas merah keunguan di sana. Arka tidak hanya satu kali melakukannya. Arka berulang kali memberikan stempel kepemilikan di leher Dita.
Arka tidak hanya bermain di leher Dita, tapi juga pada d**a Dita. Dita ya memang menggunakan dress terbuka di bagian atas dadanya, membuat Arka bisa leluasa menikmati d**a Dita, dan hanya dengan sekali tarikan saja, dress itu berhasil terlepas dari tubuh mungil Dita.
Dita sedikit terkejut, Tapi Dita mencoba untuk menyembunyikan rasa keterkejutannya dari Arka. Kali ini Dita benar-benar dibuat terkejut saat melihat aksi Arka yang begitu sangat buas terhadap dirinya, padahal, Dita mendengar cerita dari calon mertuanya, kalau Arka termasuk pria yang tidak normal. Tapi, melihat apa yang ia rasakan saat ini atau apa yang dilakukan oleh Arka terhadap dirinya, itu sudah membuktikan kalau apa yang dikatakan oleh mertuanya itu bohong. Setelah Arka berhasil melepaskan dress Dita, Arka juga melepaskan pakaiannya sendiri hingga keduanya tampil polos. Arka langsung menyentuh bagian sensitif Dita, dan sedikit bermain di sana, hingga membuat gairah Dita terpancing.
Yah, hingga saat ini Dita tetap beranggapan kalau Arka adalah orang yang dimaksud oleh Bunda Gina, padahal, sebenarnya pria yang harus diberi pelajaran oleh Dita itu adalah Adam, bukan Arka. Tapi, Dita malah salah sasaran.
Arka menatap tubuh polos Dita yang sempurna tanpa cela, langsung menikmatinya dengan bibir yang bermain di seluruh tubuh Dita.
Dita menikmati setiap sentuhan dari Arka. Dita berharap, ia apa yang menjadi keputusannya, itulah yang terbaik.
Kenapa Dita berpikir demikian, karena apa yang ia lakukan saat ini tanpa sepengetahuan sang Mama.
Arka menikmati tubuh polos Dita sudah seperti orang yang sedang dikuasai oleh obat perangsang, atau orang mabuk, padahal Arka hanya minum sedikit, dan masih sadar dengan apa yang ia lakukan. Tapi, sikap dan reaksi Arka menunjukkan seperti orang mabuk atau orang yang sedang dikuasai obat perangsang. Entah apa karena efek dari tubuh Dita yang sempurna, atau memang Arka yang mudah terangsang.
"Emmh, ahhh...
Desah Dita saat ia mulai tidak bisa mengendalikan dirinya karena sentuhan Arka. Arka yang mendengar desahan Dita semakin merasa panas, dan semakin membuat Arka gila.
"Jangan menyesal," kata Arka sebelum ia menikmati V Dita yang sudah sangat basah.
"Cepatlah. Aku tidak peduli dengan esok atau pun lusa, yang jelas, aku sekarang menginginkan kamu untuk menikmati milikku." Ujar Dita yang merasa tidak peduli dengan apa yang akan ia rasakan setelah menyerahkan mahkotanya pada Arka.
Karena Arka sudah tidak bisa mengendalikan dirinya lagi, Arka langsung membuka kedua kaki Dita, dan mengangkat salah satu kaki Dita, dan membiarkan salah satu kaki Dita tersebut untuk berada di atas pundaknya. Arka Dalat melihat, betapa indahnya V Dita, dan betapa nikmatnya milik Dita yang terlihat sudah sangat basah. Karena Arka merasa sudah sangat tidak tahan, Arka langsung mengerahkan miliknya pada V Dita, untuk bisa menikmati pada kenikmatan yang sesungguhnya. Arka tidak sabar ingin merasakannya, karena sekarang yang memenuhi pikiran Arka tidak lain hanya sebuah penyatuan.
Arka langsung mendorong pinggulnya, dan...
“Shhhh, ahhh. Sakit…