Ketegangan seolah melingkupi tatkala suara berat itu terdengar. Kedua manusia itu menoleh bersamaan hingga menemukan sosok Jayden yang berdiri dengan tatapan mengerikan. Marka sampai kesusahan untuk menelan kue yang baru disuapkan Kenanga.
Berbeda dengan Kenanga yang terlihat santai saja. Dirinya justru memotong kue buatannya lagi lalu menyerahkannya pada Jayden.
"Kue brownies, mau?" ujarnya tanpa rasa berdosa.
Jayden menggoyangkan rahangnya yang tegas, sebenarnya cukup kesal karena tadi sempat melihat Kenanga menyuapi Marka. Tapi kesal kenapa?
"Nggak mau ya sudah, buat aku aja." Tanpa menunggu jawaban, Kenanga langsung melahap kue itu sendiri. "Ehm, rasanya memang enak, Marka. Seperti katamu tadi," ucap Kenanga dengan wajah sumringah.
Marka ikut tersenyum. "Tidak ada gunanya aku berbohong padamu," ucap Marka.
Jayden semakin mengernyit, keheranan melihat Marka dan Kenanga sudah akrab. Sejak kapan? Apa yang telah mereka lakukan? Tadi saja mereka sudah suap-suapan, apakah hal itu sering? Jayden semakin kesal rasanya.
"Siapa yang menyuruhmu memasak?" tegur Jayden, ekspresinya mulai tak terkondisikan. "Kau tidak lihat buku yang aku berikan? Agatha itu tidak bisa masak!" Rasanya benar-benar jengkel karena harus mengulangi perkataan yang sama setiap harinya.
Kenanga mengulum bibirnya, selalu saja begini. Kenapa sih harus selalu seperti Agatha? Mereka 'kan tidak sedang berpura-pura sekarang.
"Iya aku tau, dulu aku memang suka seperti ini, " bantah Kenanga.
"Maka jangan biasakan mulai sekarang. Dua hari lagi acara pertunangan kita digelar, bersiaplah untuk misimu," kata Jayden cukup kasar, dalam hati sudah mengumpat kata-kata kasar.
"Tunangan?" Kenanga terperangah, rencana ini kenapa dirinya baru tau?
"Ya, dunia akan mengenalmu setelah itu. Jaga sikapmu," ujar Jayden lebih tegas dari sebelumnya. "Dan kau! Aku membayarmu bukan untuk mencicipi kue," tukasnya begitu geram pada sosok Marka.
Jayden segera beranjak begitu saja, moodnya tiba-tiba memburuk setelah melihat kejadian barusan. Dirinya juga tidak mengerti kenapa bisa seperti ini. Hanya saja setelah kejadian gagal bercinta di mobil beberapa waktu lalu, Jayden merasa mulai peduli dengan wanita mungil yang bernama Kenanga itu. Jayden merasa ... tidak rela jika wanita itu akrab dengan pria lain.
"Sudah, jangan terlalu dipikirkan. Jayden memang suka seperti itu," ujar Marka menenangkan Kenanga yang terlihat resah.
"Ehm, aku hanya bingung. Kenapa aku harus bertunangan dengannya? Dia itu sudah punya istri 'kan? Bagaimana kalau istrinya tau?" Kenanga benar-benar resah, takut jika Jayden akan mengikatnya dalam sebuah hubungan dan pria itu akan bertindak gila seperti kejadian waktu itu.
Jujur Kenanga sangat takut, dirinya takut akan terjebak dalam permainan yang gila ini.
"Hahaha tidak, Jayden sudah bercerai lama dengan istrinya." Marka tertawa kecil, pastinya Kenanga masih salah paham karena foto Agatha masih terpanjang degan begitu besar di rumah itu.
"Cerai?" Kenanga cukup kaget. "Apakah foto itu mantan istri dan anaknya?" tanya Kenanga penasaran.
"Yaps, dia Agatha."
Kenanga tertawa hambar, sekarang ia paham masalahnya. Pantaslah Jayden ingin merubahnya menjadi seperti Agatha. Ternyata pria itu masih begitu mencintai mantan istrinya. Bodoh sekali, kenapa dirinya tidak berpikir sejauh itu?
"Hah, dia wanita yang sangat cantik. Dengan Jayden, pastinya sangat cocok. Mereka juga memiliki anak yang sangat manis, kenapa harus bercerai?"
Marka memasukkan kedua tangannya di dalam saku, senyumannya mendadak pudar. "Anak mereka sudah meninggal."
"Meninggal?" Kenanga terperanjat, ternyata masalahnya lebih kompleks dari yang dia kira.
"Hem, meninggal karena sakit leukimia. Jayden merasa bersalah sampai sekarang."
Kenanga mengangguk-angguk mengerti, kasihan juga ya ternyata hidup pria arogan itu? Sudah bercerai dengan istrinya, anaknya meninggal juga. Benar-benar menyedihkan.
"Sudah, aku akan menemui Jayden dulu."
***
Kenanga selesai membersihkan dirinya dan keluar dari kamar mandi. Yah dirinya memang belum punya kegiatan sekarang. Tapi rasanya Kenanga ingin keluar dari rumah dingin itu. Lagipula Jayden bilang asal penyamarannya tidak terbongkar, maka aman-aman saja.
Setelah mengambil pakaian casual, Kenanga segera merias sedikit wajahnya. Tak lupa dirinya menggunakan topi dan juga masker untuk menutupi wajahnya. Penampilan Kenanga terlihat dengan gaya swag yang membuatnya terlihat sangat menarik.
Waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore, biasanya Jayden akan pulang ke rumah pukul 6 sore. Jadi masih ada waktu 2 jam untuk dirinya pergi keluar. Dengan langkah panjang, Kenanga menuju garas mobil yang dipenuhi beberapa koleksi milik Jayden.
Kenanga melihat kunci mobilnya juga berjajar tapi di sebuah laci yang tak jauh dari tempatnya. Kenanga mengambil salah satu dan menyalakannya hingga salah satu mobil berbunyi.
"Tepat sasaran!" Kenanga berdecak senang karena mobil yang akan dipakai adalah Ferrari F80. Sebuah mobil dengan desain sasis yang asimetris berarti kursi pengemudi dapat disesuaikan (berbeda dengan posisi tetap pada W1 dan supercar monokok lainnya, termasuk LaFerrari), sementara pintu kupu-kupu F80 memungkinkan akses masuk dan keluar yang lebih mudah.
Kenanga langsung saja masuk ke dalam mobil yang berbodi sangat rendah itu. Namun, di dalamnya sangat luas dan nyaman. Kenanga tersenyum senang, melihat mobil ini membuat jiwa pemburu dalam dirinya mencuat. Tanpa mempedulikan respon Jayden nanti, Kenanga langsung membawa mobil itu pergi.
Para penjaga pun tidak akan ada yang melarang, karena mereka tau Kenanga adalah wanita penting bagi Jayden. Karena hanya Kenanga satu-satunya wanita yang pernah Jayden ajak ke rumah.
*
Kenanga Van Houten—gadis kelahiran Belanda 26 tahun yang lalu. Kedua orang tuanya telah meninggal saat dirinya masih belia. Dirinya diurus oleh kedua Paman dan Bibinya sampai lulus kuliah. Kenanga sudah begitu matang untuk melanjutkan bisnis keluarganya sendiri.
Kenanga bertunangan dengan Roger sebelum dirinya menyelesaikan pendidikan di luar negeri. Banyak sekali harapan yang Kenanga gantungkan kepada pria itu. Mempercayainya layaknya diri sendiri. Namun, ternyata dia juga yang telah menghancurkan Kenanga sampai ke titik terendah.
Kenanga dijual pada orang asing di malam pengantinnya sendiri. Yang lebih mengenaskan, keesokan harinya Roger mengumumkan kematiannya pada publik.
Kenanga marah, sangat-sangat marah! Tapi dia tidak bisa melakukan apa pun. Dirinya harus terus berjuang untuk menyelamatkan dirinya sendiri dari para b******n yang mencoba merusak tubuhnya. Kenanga lebih rela tubuhnya dipukuli dari pada harus membuka kakinya untuk mereka.
Kini Kenanga ingin bangkit, memperjuangkan haknya dan membalas perbuatan mereka dengan bantuan Jayden.
***
Area BSD menjadi tempat tujuan Kenanga. Biasanya disana ada balapan liar yang menawarkan hadiah yang cukup besar. Bukan perkara nominalnya, tapi Kenanga merasa ingin menuntaskan hasrat menggebu dalam dirinya yang ingin mengeluarkan kembali skli-nya yang lama tak terasah.
Kenanga memasuki area itu perlahan, menatap wajah-wajah muda yang tengah menghabiskan waktunya di sana. Kenanga tersenyum tipis, ia turun dari mobil dan melangkah mendekat. Melihat sebuah poster yang tertempel di salah satu tembok dan mengambilnya.
"Aku ingin bertemu Roger." Kenanga berteriak tanpa rasa takut. Suaranya yang besar membuat hiruk pikuk disana terpecah. Dirinya tahu, Roger adalah orang yang tidak suka kekalahan, dan sekarang dirinya datang untuk mengalahkan pria b***t itu.
"Wah, wah. Siapa wanita cantik ini?"
Kedatangan Kenanga disambut cemoohan dari beberapa orang disana. Mereka pastinya cukup kaget karena ada wanita antah berantah yang tiba-tiba mencari Regan.
"Kalian bisa tau namaku, nanti. Setelah Roger memenangkan pertandingan ini," kata Kenanga sambil menunjuk poster yang dipegangnya.
Salah seorang pria muda mengambil poster itu, disana tertulis siapa yang bisa mengalahkan Roger akan mendapatkan hadiah sebesar 20 juta.
"Hei, Nona. Kau pikir ini main-main?" Pria itu mengejek Kenanga dengan tawa sinis.
Kenanga menatap pria itu tajam, meski tertutupi masker dan topi, pria itu bisa melihat sorot mata tajam itu.
"Ya, aku sedang ingin bermain-main dengan bosmu. Roger, panggil dia kesini!" Kenanga begitu tak sabar, sangat-sangat tidak sabar ingin melihat wajah b******n itu lagi.
Memang Roger adalah seorang pemimpin perusahaan, tapi pria itu juga memiliki bisnis di dunia bawah tanah. Dengan nama Ayahnya di anggota DPR, semuanya bisnisnya itu tertutup sempurna. Roger juga adalah pria yang suka dengan balapan, karena dulu Roger dan Kenanga sering melakukannya saat masih berhubungan.
"No Kenanga! Berhenti melakukan hal bodoh, cepat lupakan b******n itu!" Kenanga menolak keras bayangan manis di masa lalunya, ia tidak mau lagi mengingatnya karena itu adalah kenangan yang tidak ingin dia ulang kembali.
"Siapa yang berani mencariku di sore buta seperti ini. " Seorang pria dengan perawakan tinggi jangkung melangkah memasuki area itu.
Kenanga mengepalkan tangannya tanpa sadar, untuk pertama kalinya menatap Roger setelah sekian lama. Pria itu berdiri dengan senyuman sinis yang sangat dibenci oleh Kenanga. Senyuman dan wajah menjijikkan itu yang Kenanga ingat saat pria itu melemparnya ke kubangan dosa yang mematikan.
Kenanga menguasai dirinya, ia mengangkat dagunya dengan angkuh.
"Aku! Aku yang ingin menantangmu."
Roger memiringkan kepalanya, menatap Kenanga dari atas sampai bawah. Sesaat kemudian ia menyeringai dan melipat tangannya di depan d**a. "Kau? Ingin menantangku? Apakah tidak salah?"
Ucapan Roger disambut tawa penuh ejekan dari orang-orang disana. Jelas saja, wilayah itu adalah wilayah kekuasaan Roger. Dan kini ada wanita yang ingin menantang tanpa rasa takut? Nyalinya benar-benar tidak diragukan lagi.
"Kenapa, apa kau takut?" Kenanga semakin emosi, ia benci tawa pria itu.
"Takut?" Roger semakin tertawa.
Kenanga begitu geram, ia mendekat ke arah Roger dan meletakkan poster tadi ke dadanya dengan cukup kuat. "Tertawa saja sampai puas, karena setelah aku mengalahkanmu, hanya rasa malu yang kau rasakan, Roger Federer."
Roger mengerutkan dahinya, ia menatap Kenanga lebih intens, entah kenapa suaranya seperti familiar. Postur tubuh wanita ini juga sangat familiar baginya. Roger mengulurkan tangannya untuk membuka topi Kenanga, namun dengan cepat wanita itu mundur.
"Kau diam? Apa artinya kau takut?" kata Kenanga.
Senyuman sinis Roger semakin mengembang, ia akui Kenanga begitu menarik perhatiannya. Baru pertama kali ini ada wanita yang menantangnya seperti ini. Tubuhnya memang mungil, tapi nyalinya sangat besar sekali.
"Baiklah, tawaran aku terima. Tapi, jika kau kalah, kau harus ...."
Bersambung~