Jayden memeriksa kesiapan program iklan yang akan dilakukan oleh perusahaannya. Mengingat brand yang menggunakan jasanya ini cukup terkenal, dirinya harus memastikan semuanya memiliki hasil yang sangat baik.
"Modelnya mana ini? Harusnya udah siap di set, kenapa belum datang?" Jayden berdecak pelan, paling benci jika orang yang membuang waktu seperti ini.
"Saya akan memanggilnya, bos. Skrip-nya gimana? Udah oke ini?" Glenn—seorang produser dengan perawakan sedikit tambun ini memastikan lagi apakah skrip iklan yang dibawanya sudah sesuai dengan keinginan Jayden atau belum.
"Sesuai, kerjakan sekarang. Klien akan aku kabari setelah hasilnya siap," sahut Jayden singkat.
Glenn merasa lega, ia pun segera menyiapkan segalanya dengan matang. Sebenarnya dirinya lebih suka bekerja sendiri, tapi tadi Jayden tiba-tiba datang ke lokasi pemotretan sehingga membuatnya sedikit gugup. Selama menjadi manusia di muka bumi ini, Glenn paling takut berhadapan dengan Jayden langsung. Pria itu memang tampan, mempesona, tapi entah kenapa aura intimidasinya sangat kuat sekali.
Seorang wanita dengan tubuh sintal indah memasuki area pemotretan itu. Bibirnya merah datang dengan lengkuk tubuh yang menggoda.
"Cleo, sudah jam berapa ini? Jangan sok penting jadi orang, buruan ganti baju!" Glenn langsung berteriak memaki saat melihat kedatangan Cleo—seorang model yang akan membintangi iklan tersebut.
Cleo memutar bola matanya malas. Ia justru melenggak-lenggokkan tubuhnya dengan santai. Pandangannya bukan tertuju pada Glenn si produser jelek itu, melainkan ke arah Jayden yang tampak diam. Bibirnya terangkat mengulas senyum sinis yang nyaris tak terlihat, sesaat kemudian ia sudah berdiri di depan pria itu.
"Pak bos, tumben datang kesini? Sedikit informasi, malam ini aku kosong," ucap Cleo lirih berbalut desahan menggoda. Wanita itu menyodorkan dadanya yang padat dan kenyal ke arah Jayden.
Jayden mengernyit jijik. Bukannya tergoda, justru merasa mual karena melihat d**a yang terlalu luber itu. Lebih enak seperti milik Kenanga yang pas di genggamannya.
"s**t! Apa yang aku pikirkan?" Jayden memaki dalam hatinya, kenapa malah tiba-tiba kepikiran Kenanga.
"Kalau pekerjaanmu yang itu memang lebih menguntungkan, kenapa kau harus datang ke tempat ini? Pergilah, kau membuatku muak!" sergah Jayden kesal.
Cleo terperangah, tidak menyangka jika Jayden akan menolaknya segamblang itu. Ia melirik sekelilingnya yang banyak orang, mereka mendunduk menyembunyikan tawanya melihat Cleo yang dipermalukan seperti itu.
Dengan menghentakkan kakinya, Cleo meninggalkan Jayden. Namun, sebelum ia benar-benar lenyap dari pandangannya, ia mengulas senyuman licik.
"Dia artis pendatang baru 'kan?" Marka bertanya sembari memandang Cleo yang berjalan menjauh.
"Hem." Jayden menyahut malas.
"Tatapan matanya kek familiar," ujar Marka lagi.
Jayden menoleh dengan dahi berkerut. Marka mengangkat bahunya. "Ya, seperti sudah pernah mengenal lama, tapi dengan wajah yang berbeda."
"Itu hanya perasaanmu, dia pendatang baru. Sebelumnya selebgram," jelas Jayden sedikit tau tentang Cleo—model yang baru taken kontrak dengan perusahaannya 4 bulan lalu.
Marka masih berpikir keras, ia benar-benar yakin jika tatapan mata itu sangat familiar. Tapi Jayden ada benarnya, mungkin saja itu hanya perasannya saja.
Suara benda pipih yang menggelepar di dalam saku mengalihkan perhatian Marka. Pria itu mengambilnya, membuka sebuah pesan yang baru saja dikirimkan. Beberapa saat kemudian netra hitamnya dibuat terbelalak lebar tatkala melihat pesan beserta sebuah foto yang dikirim.
"Jay!" seru Marka buru-buru mendekati Jayden.
"Apa?" Jayden menekuk wajahnya jengkel, dirinya sedang sibuk mengecek set justru diganggu.
"Gawat! Gawat, Jay!" Marka mendadak kesulitan berbicara, ia mengatur napasnya yang memburu. "Kenanga—"
"Kenapa dengan Kenanga?" Mendengar nama wanita itu, Jayden segera melupakan segalanya.
"Dia menantang Roger balapan."
"Apa?" Jayden semakin syok. Kegilaan apa lagi yang dilakukan oleh wanita ceroboh itu. "Ck, wanita itu benar-benar keras kepala. Apa dia tidak tahu ini sangat berbahaya?" Jayden merasa sangat kesal, Kenanga memang wanita yang sangat keras kepala.
"Ayo kita kesana sekarang."
Bukan kekhwatiran yang tak beralasan yang Jayden rasakan, tapi ia sudah mendalami karakter Roger yang sangat mengerikan. Pria itu tak pandang bulu, apalagi jika Roger tahu Kenanga masih hidup, bukan tak mungkin jika pria itu akan melenyapkan lagi.
*
Sorak sorai terdengar sangat riuh diantara dua mobil yang kini tengah bersejajar di depan garis putih. Suara deru mesin mobil sudah terdengar dari keduanya. Roger sejak tadi tak henti mengulas senyum sinis, sesekali melirik Kenanga yang sangat fokus di depan kemudinya.
Pertarungan ini memang sangat gila, Kenanga tak peduli. Ia merasa ingin sekali memukul kesombongan Roger dengan mengalahkannya pada pertandingan ini.
"Kalau kau kalah ... kau harus membuka bajumu di depan semua orang yang ada disini."
Kenanga menggenggam kemudinya dengan sangat erat. Seluruh harga dirinya benar-benar diperatuhkan disini.
"Masih ada waktu, mau mundur?" Roger berteriak dengan suara lantang.
Kenanga meliriknya tajam. "Apakah sedang bertanya pada dirimu sendiri?"
Roger tergelak senang, ia sangat suka dengan wanita yang tidak kenal takut seperti ini.
"Baiklah, bersiaplah untuk kekalahanmu, Nona."
Bendera berwarna merah diangkat oleh salah satu pria muda. Kenanga semakin fokus, menunggu sampai pria itu menghitung sampai tiga dan bendera itu dilemparkan sebagai tanda acara telah dimulai.
Roger segera menginjak pedal gas miliknya dengan kecepatan tinggi. Dirinya yang sudah sangat handal dalam hal ini tentu sangat mudah mengendalikan adrenalin. Pria itu melanjukan mobilnya sangat kencang.
Kenanga sendiri berusaha keras untuk fokus diantara perasaan gila yang tiba-tiba memenuhi relung hatinya. Hal ini adalah hal yang sering dilakukannya dulu, sekarang mengingatnya hanya menambah luka yang belum sembuh itu kembali terbuka.
"Shittt! Come on, Kenanga. Kau pasti bisa!"
Kenanga menambah laju mobilnya mengejar Roger yang sudah berjalan cukup jauh. Pria itu tertawa penuh kepuasan saat melihat mobil Kenanga tertinggal sangat jauh. Tinggal beberapa putaran, ia yakin jika Kenanga pasti akan bersujud meminta pengampunan padanya nanti.
"Dia pikir dia siapa, ingin melawanku?" ejek Roger dengan tawa mengesalkan.
Roger sudah hampir sampai pada titik finish, dirinya melihat mobil Kenanga yang tertinggal cukup jauh. Ia tersenyum senang, mulai sombong dengan mengurangi sedikit kecepatan mobilnya.
Kenanga menarik sudut bibirnya, pancingannya pada Roger nyatanya berhasil. Kenanga melihat waktu yang tertulis di papan, satu putaran lagi maka dirinya akan menang.
Kenanga tak membuang waktunya, ia menambah kecepatan mobilnya dengan lebih tinggi. Suara teriakan dari penoton semakin heboh. Nama Roger terus disebut-sebut karena pria itu sudah hampir mendekati finish.
"Roger! Roger! Roger!"
Roger merasa sudah diatas angin, pertandingan semakin sengit sekali rasanya. Dan disaat itulah Jayden datang, pria itu setengah melompat dari mobilnya dan segera masuk untuk melihat Kenanga.
"Roger! Roger! Akhhhhhhh ayo!"
Suasana benar-benar riuh sekali, Jayden tak peduli. Ia hanya terpaku pada sosok wanita yang kini mengemudikan mobilnya dengan gaya yang begitu keren.
Kenanga menambah lagi kecepatan mobilnya, dalam putaran terakhir tiba-tiba ia menyalip mobil Roger dengan begitu cantik hingga membuat semua orang ternganga.
"b******k! Tidak akan aku biarkan!" Roger memaki kasar, dirinya lengah.
Kenanga tersenyum puas, meski sekuat apa pun Roger mengejar, Kenanga yang menjadi orang pertama yang menyentuh garis finish dengan gaya yang sempurna. Wanita itu memutar-mutar mobilnya hingga decakan kagum semakin terdengar dari bibir para penonton.
Jayden termasuk salah satunya, ia memperhatikan mobil itu perlahan terbuka atapnya sehingga sosok wanita keren itu terlihat. Meskipun tertutup topi dan masker, tapi tetap saja begitu mempesona. Kagum, ya dia benar-benar kagum.
Kenanga tersenyum dibalik maskernya, sengaja menunjukkan dirinya agar semua orang tau seorang Roger Federer kalah dengan seroang wanita. Namun, netranya justru dibuat terkejut saat melihat sosok Jayden yang berdiri diantara para penonton.
Kenanga sampai kehilangan fokus, ia buru-buru menghentikan mobilnya, begitupun flexing yang baru saja dilakukan. Dirinya kemudian turun dari mobil, akan tetapi Roger yang tak terima akan kelalahan itu langsung menghampirinya.
"Curang!" teriak Roger tak terima, dirinya menunjuk Kenanga dengan tatapan penuh amarah.
"Curang? Lucu sekali, banyak yang melihat disini, kau memang kalah!" Kenanga balas berteriak tanpa rasa takut.
"s**t! Siapa kau sebenarnya?" Roger semakin geram, tak rela jika dirinya dikalahkan oleh wanita seperti Kenanga ini.
"Buka nggak!" Pria itu dengan kasar mencoba membuka masker Kenanga. Namun, sebelum hal itu terjadi Jayden segera bertindak dengan menangkis tangan Roger dengan kasar.
"Kau?" Roger terperangah, cukup kaget melihat Jayden tiba-tiba ada disana.
"Jaga tanganmu kalau kau tidak ingin kehilangannya. Dia wanitaku." Jayden mendekati Kenanga, memandang wanita itu dengan tatapan tajam nan dingin.
Kenanga menelan ludahnya gugup, ia tau Jayden pasti akan marah setelah ini. Tapi sudah kepalang basah, harus diteruskan 'kan?
"Sayang, pria ini ingin mengingkari janji. Dia bilang kalau kalah ingin memberikan mobilnya padaku, dia tidak pantas disebut seorang pria 'kan?" Kenanga langsung menjalankan aktingnya, memeluk pinggang Jayden dengan mesra seraya menggesekkan pipinya pada d**a pria itu.
"Berikan saja rok padanya." Jayden menyeringai, ia meremas lembut pinggang Kenanga lalu balas mengecup kepalanya perlahan.
"b******n, kalian sengaja ingin mempermainkanku 'kan?" Roger ingin sekali menghajar Jayden, tapi dirinya tidak punya backingan sekarang. Lagipula targetnya bukan ingin melukai pria itu.
"Mempermainkan apa? Kalau kau memang ingin disebut pria, maka tuntaskan janjimu. Mana?" Kenanga mendesak membuat Roger semakin kesal.
Meski dalam hati mengumpat kasar, mau tidak mau Roger menyerahkan kunci mobilnya pada Kenanga meski mobil itu sebenarnya mobil kesayangannya.
Kenanga menerimanya dengan senyum sumringah, ia mengerlingkan sebelah matanya menggoda. "Bagus, itu yang namanya laki-laki, harus dipegang janjinya."
Jayden diam memperhatikan apa yang ingin Kenanga lakukan. Cukup penasaran juga kenapa Kenanga bisa begitu berani? Jayden sampai tidak bisa berkata-kata. Wanita sesempurna itu, kenapa harus punya nasib yang menyedihkan.
Setelah mendapatkan apa yang diinginkan, Kenanga kemudian beranjak mendekati mobil Roger yang sangat cantik itu. Sudah bisa dipastikan harganya sangatlah mahal. Kenanga tersenyum sinis, ia kemudian beranjak kembali dan mengambil sesuatu yang membuat semua orang sangat syok.
Bersambung~