Bab 12. (21+) BASAH?

1311 Kata
Kenanga mengambil sebuah dongkrak mobil yang sengaja dia bawa dari rumah. Wanita itu membawanya ke mobil Roger. Senyuman sinis di bibirnya terus mengembang, semua orang menunggu apa yang akan dilakukannya. Dengan kekuatan penuh, Kenanga mengangkat dongkrak itu dan melemparkannya tepat pada kaca mobil Roger hingga langsung retak. Semua orang ternganga tak percaya, mobil seharga ratusan juta itu dirusak sangat brutal oleh Kenanga. "Apa yang kau lakukan?" Roger berteriak kasar, tak menyangka Kenanga akan melakukan hal itu. "Kenapa? Ini mobilku 'kan sekarang? Jadi aku bebas melakukan apa saja." Kenanga tertawa puas, ia melirik wajah Roger yang sangat kaget. Sekali lagi dirinya mengangkat dongkrak itu dan menghantam bagian bodi mobil. Kenanga tau Roger sangat menyayangi mobil ini, dulu dirinya sampai ikut andil menyumbangkan tabungan hanya untuk menuruti keinginan pria itu. Sekarang Kenanga menyesal, dirinya terlalu bodoh hingga mudah di percaya oleh Roger. Kenanga benar-benar meluapkan amarahnya dengan menghancurkan mobil Roger hingga remuk. Hatinya cukup puas melihat wajah tak berdaya dan frustasi dari Roger. "Menarik." Jayden mengulas senyum tipis, entahlah ia seperti sangat bangga melihat cara Kenanga menyelesaikan masalahnya. Wanita yang tak kenal takut apa pun. Sampai benar-benar puas, Kenanga baru membuang dongkrak itu. Napasnya terengah-engah dengan keringat membahasi wajahnya yang putih. Jayden yang melihat Kenanga sudah merasa puas, segera mendekatinya. "Sudah Bebe, kau menjadi berkeringat sekarang. Kemari," ucapnya sembari mengulurkan tangan. Kenanga menurut, ia menyambut uluran tangan Jayden. Namun tiba-tiba dirinya kaget saat Jayden menariknya cukup kuat, pria itu menunduk dan tanpa diduga mencium bibirnya dari balik masker yang tertutup. "Sudah puas 'kan? Terima hukumanmu setelah ini," bisik Jayden dengan sengaja menggesekkan bibirnya diatas bibir Kenanga. Tubuh Kenanga meremang, ciuman dengan dibatasi masker seperti itu menimbulkan sensasi yang luar biasa. Entah apa yang dia pikirkan, ia menaikkan kakinya diatas kaki Jayden, dirinya sedikit menjinjit dan balas berbisik di telinga pria itu. "Hukum apa saja, yang jelas bawa aku pergi sekarang." Kenanga sengaja melakukannya, ia tau Roger masih menatapnya sekarang ini. Kenanga ingin membuat pria itu semakin penasaran dengan siapa dirinya. "Ucapanmu sudah aku kunci, jangan harap akan aku ampuni setelah ini." Jayden menyusupkan kedua tangannya dibawah ketiak Kenanga. Mengangkat wanita itu dan menggendongnya seperti bayi besar. Jayden memeluk wanita itu dan membawanya pergi, namun saat berada di depan Roger dirinya berhenti. Jayden mengulas senyum sinis. "Dua hari lagi kami akan bertunangan, jika tak sibuk kau bisa datang. Masih banyak kuota kosong untuk makan gratis," ucap Jayden dengan nada mengejek kental. Roger mengeram pelan, tangannya mengepal dengan begitu kuat. Rasa marah menguasai relung hatinya, sangat-sangat marah karena merasa dipermalukan oleh kedua manusia gila itu. "Shittt! Akan ku balas kalian semua, arghhhhhhhh!" Roger berteriak mengamuk, menghantam apa saja yang ada disekitarnya. Seumur hidup baru kali ini dirinya dikalahkan dan semua hal tak berjalan sesuai rencananya. "Tidak akan aku biarkan, tunggu saja. Jayden, aku pasti akan menghancurkanmu," desis Roger penuh emosi. Urat-urat di tubuhnya menonjol karena amarah yang menggila. Roger segera mengambil ponselnya, ia menghubungi seseorang. "Cari tahu semua tentang calon tunangan Jayden, aku ingin datanya sekarang." *** Kenanga memilih mengunci rapat mulutnya selama perjalanan pulang ke rumah. Ia tahu sebentar lagi pasti akan terkena amukan dari Jayden. Dirinya memang salah membawa mobil tanpa izin, dan yang lebih salah pasti karena menantang Roger balapan. Jayden pun hanya diam saja sampai mereka di rumah. Begitu turun, ia kembali menggendong Kenanga dengan posisi yang sama. Wajahnya jangan ditanya, sangat dingin hingga semua orang tak berani menyapa. Pria itu membawa Kenanga masuk ke kamar dan menutup pintunya dengan kaki. Jayden menyandarkan pria itu di tembok tanpa menurunkannya dari gendongan. Kenanga cukup gugup sebenarnya, bayangan gila sudah memenuhi otaknya hingga ia tidak berani menatap Jayden. Pria ini sangat kuat, Kenanga merasa ngeri jika Jayden akan memarahinya habis-habisan setelah ini. "Kau tahu, apa kesalahanmu?" Jayden berbicara, nada suaranya datar sekali. Kenanga menelan ludahnya gugup, ia memberikan diri untuk menatap wajah Jayden. Namun sedetik kemudian menunduk. "Aku salah karena pergi tanpa izin, membawa mobilmu. Maaf." Kenanga menjawab dengan cepat. Jayden tersenyum kesal, ia menarik dagu wanita itu agar menatap wajahnya. "Sudah tahu salah, kenapa malah melakukannya? Kau pikir bisa melawan dia sendirian?" "Ya, kan aku sudah minta maaf," protes Kenanga. "Kau memang sangat keras kepala. Tidak bisakah kau cukup bilang iya?" Jayden mendesis pelan, ia mencengkram pinggang wanita itu cukup kuat, rasanya gemas sekali melihat wajah Kenanga yang menantang itu. Kenanga membuka mulutnya, sikap Jayden ini memang sangat susah ditebak, hatinya selalu ketar-ketir. Ditambah dengan posisi seperti ini membuat ia bisa mencium harum maskulin dari pria ini. "Kenapa kau diam?" Jayden mengernyit. "Diam salah, berbicara salah. Sebenernya kau ini mau apa?" Kenanga berdecak kesal, ia mendorong bahu pria itu dengan kasar meski tak berefek apa pun. "Apa artinya ini kau akan patuh?" Jayden menarik sudut bibirnya, ia kian menekan wanita itu di tembok belakangnya. Kenanga semakin gugup, pikirkannya mendadak pecah. Ia tidak bisa melakukan apa pun selain mengangguk patuh. Sungguh dirinya lebih suka Jayden memaki dirinya daripada bersikap seperti ini. "Bagus. Sekarang, kau harus mandi. Bersihkan tubuhmu ini, aku benci kau bau laki-laki itu," kata Jayden. "Ya sudah, turunkan aku!" "Siapa bilang kau boleh turun?" Jayden menahan kaki Kenanga saat wanita itu hendak turun. "Aku yang akan memandikanmu." Kenanga terperangah, bola matanya yang bulat semakin membulat akan ucapan Jayden. Pria itu mengusap lembut pahanya, lalu turun kaki dan melepaskan sepatunya satu persatu. Tatapannya sangat dingin dan membuat Kenanga membeku. Sungguh sikapnya ini membuat Kenanga hampir pingsan. Jayden membawa Kenanga ke kamar mandi, tak sedikit pun pria itu menurunkannya sampai benar-benar sampai dibawah shower. Dan anehnya Kenanga hanya diam seperti orang bodoh. Tatapan Jayden benar-benar membuat seluruh otaknya tak berfungsi. Jayden menyalakan shower hingga tubuh Kenanga basah. Pria itu mundur seraya melipat tangan diatas perut. "Buka bajumu," titah Jayden. Mata Kenanga terpejam singkat, ia memaki dalam hati. Bagaimana bisa dengan entengnya Jayden mengatakan untuk membuka baju. Apa maksudnya pria itu dirinya harus mandi di depannya? "Kalau begitu kau keluarlah," kata Kenanga berani tak berani tetap memberikan diri untuk melawan. "Mau lepas sendiri atau aku yang buka?" Jayden mendesis jengkel, tak sabar melihat Kenanga masih saja tak mau menurut ucapannya. Brengsek! Sungguh, Kenanga ingin sekali berteriak di depan pria gila itu sekarang. Namun, sekali lagi ia tidak berani karena ia lebih takut Jayden akan semakin marah dan melakukan hal yang lebih gila dari membuka baju dan mandi. "Beneran harus banget dibuka?" Kenanga bertanya takut. "Ck." Jayden tak sabar, ia langsung mendekati wanita itu dan mendorongnya ke dinding. Tubuhnya ikut basah, dengan tatapan tajam ia memerangkap wanita mungil yang membuatnya selalu kesal ini. "Kau sepertinya sangat sengaja ingin menggodaku, baik. Akan aku selesaikan sekarang." Kenanga membuka mulutnya, ingin memprotes, namun Jayden tiba-tiba memutar tubuhnya hingga membelakangi pria itu. Belum hilang rasa kagetnya, Jayden langsung merobek bajunya dengan kasar hingga punggungnya terekspos. Jayden mendesis pelan, ia mendadak diam saat melihat punggung putih bersih itu. Jantungnya berdegup kencang, tanpa perencanaan sama sekali, ia justru menunduk, mencium punggung halus itu dengan bibirnya. Mata Kenanga terpejam erat, sepertinya ia benar-benar salah karena membangunkan serigala ini. Kini ia merasakan bibir itu mulai merayap di sepanjang punggungnya, sekali menggigitnya kecil hingga menimbulkan sensasi yang mendebarkan. Jayden rasanya ingin gila saat merasakan kelembutan itu, tangannya ikut terpancing dengan mengusap paha Kenanga yang tertutup celana panjang. Mengusapnya ke atas sampai kemudian tiba di pinggangnya yang ramping. Jayden mengusapnya lembut, mencari pusat Kenanga dan menggesekkan jarinya di sana. "Tu- an ...." Mata Kenanga semakin terpejam, Jayden memang paling bisa membuatnya belingasatan seperti ini. Jayden bangkit dari duduknya, ia memutar tubuh Kenanga dengan kasar dan tanpa peringatan langsung melumat bibirnya dengan kasar. Hanya sesaat kemudian ia melepaskannya. "Waktumu hanya 10 menit, aku tunggu diluar," kata Jayden yang langsung pergi begitu saja. Kenanga mendesah pelan, matanya yang semula terpejam terbuka lebar. Ia menatap Jayden yang kini keluar kamar mandi. Ia merasa sesuatu dalam dirinya sudah basah, tapi Jayden justru tidak melanjutkannya? "Bajiingan, dia sengaja mempermainkanku," umpat Kenanga begitu kesal, entah kenapa ia tidak rela jika Jayden hanya memberikannya ciuman saja. Harusnya itu lebih baik 'kan?" Bersambung~
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN