Bab 13. Wanita Pembakang

1537 Kata
Kenanga memasang wajah bad mood sejak dirinya keluar kamar mandi. Kini dengan menahan dongkol di hati, Kenanga mengeringkan rambutnya yang masih basah. Tidak! Dirinya tidak melakukan apa pun di dalam sana selain mandi. Ia bukan wanita gila yang haus akan belaian, kecuali dipancing seperti yang Jayden lakukan tadi. "Ck." Kenanga berdecak pelan, suara ketukan pintu kamar membuatnya mau tak mau menyeret langkahnya keluar. "Apa, Bi?" "Nona dipanggil Tuan Jayden, katanya disuruh turun makan malam." "Aku tidak—" "Kalau Nona menolak Tuan Jayden yang akan datang kesini untuk menjemput Anda." Kenanga mendesis jengkel, lihatlah. Pria arogan itu setelah membuatnya gemetaran, kini seenaknya saja mengancam seperti itu. Lihat saja, Kenanga tidak akan mau menurutinya. "Aku ngantuk, mau tidur." Dengan kesal Kenanga langsung masuk ke dalam kamar kembali. Wanita itu menghempaskan tubuhnya di ranjang empuk. Helaan napas Kenanga terasa berat, memikirkan hal besar yang akan dilakukannya setelah ini. Jujur hatinya belum sanggup untuk memulai pertarungan, tapi dirinya harus kuat mulai sekarang. Harus bisa menggunakan kesempatan ini sebaik mungkin agar bisa membalaskan dendamnya ke Roger. Setelah itu barulah ia akan pergi jauh dari Jayden. Resah. Kenanga mendadak resah saat membayangkan hal itu semua. Memang seharusnya hal itu yang akan terjadi nantinya 'kan? Dirinya dan Jayden tidak terikat apa pun, mereka hanya berkerjasama karena memiliki tujuan yang sama. Setelah semuanya selesai, mereka tentu berpisah 'kan? "Menyebalkan!" Kenanga mendengus kesal, air matanya tiba-tiba meleleh tanpa bisa dicegah. "Untuk apa aku harus merasa tidak rela seperti ini? b******n itu hanya bermain-main karena ingin menutupi lukanya. Ayolah Kenanga, berhenti bersikap menjijikkan." Kenanga merasa hatinya sedikit demi sedikit mulai lemah, akan sangat lucu kalau dirinya tiba-tiba punya perasaan lebih pada Jayden. Sama saja daftar sakit hati diawal namanya. "Tidur?" Kenanga membelalakkan matanya, kaget saat tiba-tiba suara bass itu terdengar. Ia langsung memejamkan matanya dan berpura-pura tidur. Ia masih kesal dengan ulah Jayden tadi. Jayden memerhatikan Kenanga yang kini meringkuk di ranjang. Di tangannya membawa nampan yang sudah berisi makanan untuk wanita itu. Dengan langkah lebar Jayden mendekatinya. "Makanlah," kata Jayden tidak ada manis-manisnya sama sekali. Pria itu memandang Kenanga dengan tatapan datar. Kenanga diam saja, berusaha keras untuk tetap berpura-pura sekarang. Ia benar-benar malas untuk berdebat dengan Jayden sekarang. Jayden menghela napas panjang, ia meletakkan nampan itu di nakas lalu duduk di samping Kenanga. "Bangun wanita pembangkang. Cepat makan atau aku suapi dengan mulutku?" Kenanga yang tadinya masih ingin bersikap keras kepala akhirnya mau tak mau mendengar ucapan Jayden yang terakhir. Bola matanya terbelalak lebar dengan sorot mata kesal yang kentara. Jayden menarik sudut bibirnya. "Kau masih pemain baru, jangan coba-coba membodohiku. Cepat bangun dan habiskan makananmu," titah Jayden. Kenanga mengeram pelan, masih dengan sikap keras kepalanya ia menutup matanya kembali. "Aku tidak lapar, aku mau tidur. Pergilah!" "Baik, artinya aku harus ...." Jayden mendekatkan tubuhnya, bermaksud untuk mengambil makanan di nakas. "Aaa jangan, jangan! Aku akan makan sekarang!" Kenanga berteriak keras, takut jika tiba-tiba Jayden akan melakukan hal gila seperti sebelumnya. Kenanga bangkit dari duduknya, ia langsung mengambil makanan yang dibawa Jayden dengan cepat. Jayden hanya memperhatikan dengan senyuman puas, akhirnya luluh juga wanita pembangkang itu. "Kalau kau menurut seperti ini sangat manis," ucap Jayden sambil mengacak-acak rambut Kenanga. Kenanga hanya meliriknya sebal, lebih memilih menikmati makanannya daripada menjawab perkataan Jayden. Perutnya cukup kelaparan juga karena terkahir makan waktu siang tadi. Kenanga pun memakan makanan itu dengan sangat lahap. Jayden tanpa sadar terus memperhatikan Kenanga. Wanita itu memiliki tubuh mungil menggemaskan. Wajahnya polos sekali tapi ternyata punya nyali yang begitu besar. Selain itu Kenanga juga wanita yang unik, memiliki keahlian yang membuat Jayden benar-benar kaget. Untuk ukuran wajahnya juga sangat pas, cantiknya tidak berlebihan, membuat seseorang tak jemu menatapnya. "Rambutmu masih basah," ucap Jayden tiba-tiba, ia mengernyit saat melihat baju Kenanga ikut basah karena tetesan air dari rambutnya. "Biarkan saja." Kenanga menyahut malas. "Mana boleh seperti itu, ck." Jayden berdecak pelan. Pria itu bangkit dari duduknya, mengambil hairdryer di meja rias, lalu menyalakannya di sisi tempat tidur. Tanpa mengatakan apa pun Jayden segera membantu Kenanga mengeringkan rambutnya yang panjang. "Eh?" Kenanga tersentak kaget, ia menoleh untuk melihat Jayden. "Habiskan makananmu," ketus Jayden. "Selain pembangkang, kau ini sangat ceroboh. Tidak bisakah kau peduli pada dirimu sendiri? Kau bisa sakit kalau sering seperti ini," omel Jayden. Kenanga mengulum bibirnya, entah kenapa sekarang ia merasa Jayden perhatian dengannya. Ia yang semula ingin makan rasanya nasi itu tertahan di kerongkongan. "Rambutmu bagus," puji Jayden. Kenanga semakin kesusahan untuk menelan makanannya, Jayden ini apa sih maksudnya? Kenapa suka sekali menggoda. "Ehm, sudah biar aku saja." Kenanga mengambil hairdryer itu, lama-lama bisa mati karena jantungan jika Jayden terus seperti ini. "Siapa yang menyuruhmu?" Jayden mengangkat hairdryer itu tinggi-tinggi, menatap Kenanga dengan tajam. "Habiskan makananmu sekarang," titahnya dengan nada lebih tegas. Kenanga mencebikkan bibirnya kesal, lagi-lagi ia tidak bisa membantah. Dengan hati kesal luar biasa, ia pun memakan nasi miliknya sampai benar-benar habis. Setidaknya masih bersyukur Tuhan masih memberikannya makan disaat hidup yang tidak tentu arah ini. Jayden sendiri seperti terhanyut dalam dunianya sendiri. Ia menyentuh rambut Kenanga dengan sangat berhati-hati seolah sehelainya sangat berharga. "Makananku sudah habis," ujar Kenanga. Jayden meliriknya, piring yang dipegang Kenanga sudah kosong. Namun, ia justru dibuat gagal fokus dengan tangan Kenanga yang membekas luka kemerahan. "Kenapa dengan tanganmu?" Jayden meletakkan hairdryer-nya, buru-buru mengecek tangan Kenanga. "Ah, ini bukan luka berat. Tadi tidak sengaja terkena oven saat membuat kue," jelas Kenanga. "Itulah, kenapa kau harus membuat kue? Tugasmu itu cukup mempelajari hal yang perlu kau pelajari. Bukan sibuk membuat kue untuk para pria," omel Jayden, masih sebal mengingat hanya Marka yang diberikan kue oleh Kenanga. "Aku membuat kue karena ingin, bukan untuk para pria!" seru Kenanga tak terima. Jayden menarik sudut bibirnya, sedikit melirik ke arah Kenanga yang kini memasang wajah cemberut. Namun, hati Jayden merasa tenang karena tau Kenanga membuat kue bukan untuk Marka. "Benarkah? Bukan untuk Marka?" sindir Jayden. "Ck!" Kenanga berdecak pelan. "Kalau aku memang membuat untuk Marka, mana mungkin tadi aku ingin memberikan padamu juga? Lagipula kau pikir aku wanita apa, sembarangan membuat kue untuk pria," kilah Kenanga. "Mana? Aku belum mencicipinya." Jayden mengernyit. "Kan kau tadi tidak mau, Tuan!" Sungguh Kenanga ingin berteriak sekarang, kenapa sih Jayden ini suka sekali membuat dirinya kesal. "Itu 'kan tadi, sekarang aku mau." Kenanga mengerjapkan matanya, tampak kaget akan ucapan Jayden tadi. Apakah dirinya tidak salah dengar? "Tu-an mau?" tanya Kenanga memastikan. "Hem," sahut Jayden dengan gumaman lirih. "Masih ada di kulkas, aku akan mengambilkannya untukmu." Hati Kenanga merasa bahagia mendengar Jayden ingin mencoba kue buatannya, ia buru-buru bangkit dari kasur dan setengah melompat karena terlalu bersemangat. "Hei, pelan-pelan saja. Kau bisa jatuh nanti," tegur Jayden disertai decakan kesal melihat kelakuan Kenanga yang sembrono itu. Kenanga tidak begitu mendengar, ia segera pergi ke dapur untuk mengambil kue brownies buatannya tadi pagi. Ia benar-benar sangat antusias sekali, karena Jayden mau mencoba kue itu. Untungnya kue itu tadi masih disisakan, Kenanga segera mengambilnya lalu memotongnya kecil-kecil di piring. Setelah itu barulah ia membawanya untuk Jayden yang ternyata sudah duduk di meja makan. "Ini, Tuan. Cobalah," ucap Kenanga seraya meletakkan piring itu di depan Jayden. Jayden mengerutkan dahi, ia melirik Kenanga tajam membuat wanita itu salah tingkah. "Aku tidak ingin mengotori tanganku," kata Jayden. "Ini ada sendok." Kenanga ikut mengernyit. "Ck, Kenanga!" Kenanga menarik sudut bibirnya, ia tau apa yang pria ini inginkan. Diliriknya Jayden yang memasang wajah kesal, rasanya Kenanga sangat menyukainya dan ingin sekali membalas perbuatan pria itu tadi. "Mau aku suapi, Tuan?" tanya Kenanga. Diambilnya sepotong kue itu lalu menyuapkannya ke mulut Jayden. "Buka mulutmu." Anehnya Jayden menurut saja saat Kenanga memintanya untuk membuka mulut. Wanita itu perlahan menyuapinya kue buatannya dan saat kue itu dirasakan, Jayden merasa cukup suka meski begitu manis. "Bagaimana, enak?" Meski sudah merasakannya, Kenanga masih saja ingin mendengar dari Jayden. Jayden mengangguk-angguk tanpa jawaban, ia membuka mulutnya kembali dan Kenanga pun paham, dirinya segera menyuapi Jayden kue itu kembali. Kenanga senang jika hasil buatannya dinikmati oleh orang lain. "Ini enak, rasanya seperti kue buatan Mamaku," kata Jayden terang-terangan memuji. Kenanga semakin senang, ia memotong kue itu lagi dan menyuapi Jayden. Namun, kuenya tiba-tiba ada yang jatuh sedikit mengenai paha Jayden. "Astaga, jatuh!" Kenanga reflek mengambil tisu, buru-buru dirinya berjongkok di samping Jayden untuk membersihkan tumpahan kue itu di celananya. "Aku tidak sengaja, maaf," kata Kenanga yang sibuk membersihkan celana pria itu. Jayden hanya diam, melihat tangan mungil wanita itu mengusap lembut pahanya. Jayden menarik sudut bibirnya, ia mencekal tangan wanita itu sedikit kuat. "Tuan!" Kenanga berseru kaget, memandang Jayden dengan bingung. "Kau yakin tidak sengaja? Bukan ingin menyentuh tubuhku ini?" Dengan gerakan lembut, Jayden menarik tangan itu untuk mengelus pahanya, lalu naik ke perutnya. Kenanga tersentak, tangannya mendadak gemetaran saat merasakan hawa hangat dari tubuh Jayden. Kini tangannya berhenti di perut Jayden yang terasa keras, tentunya karena pria itu rajin berolahraga. "Tu-an ...." Kenanga semakin gugup. "Kau menyukainya?" tanya Jayden tiba-tiba. Kenanga yang linglung justru mengangguk cepat-cepat, namun sedetik kemudian ia menyesali perbuatannya itu. Jayden semakin diatas angin sekarang. "Jadi kau mau?" Pikirkan Kenanga yang polos ini langsung traveling, ia mendongak menatap Jayden dengan mata indahnya. Jayden yang melihat itu menunduk, senyumannya kian lebar membuat jantung Kenanga berpacu sangat kencang. "Lihatlah, pria ini terus menggodanya! Sial, bagaimana dirinya tidak jatuh cinta? Kenanga tidak berjanji untuk hal itu, b******n satu ini benar-benar menjerat Kenanga dalam pesonanya yang meresahkan." "Mau apa?" Bersambung~
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN