Kenanga membuka matanya lebar-lebar, tubuhnya mendadak gemetaran saat melihat kepala Jayden berada diantara kedua kakinya yang kini merantah lebar-lebar. Tangan Kenanga menggenggam sprei dibawahnya sangat kuat karena gelombang dahsyat yang membuat sesuatu dalam dirinya keluar.
"Tu-an ahhhhh ..." Kenanga tak kuasa menahannya desahannya. Ia merasakan Jayden tersenyum dibawah sana. Pria itu mencium miliknya dengan sangat keras lalu bangkit dan menindihnya.
"Pelajaran hari ini cukup sampai disini, Bebe. Kita lanjutkan besok lagi." Pria itu mengulas senyum puas saat meninggalkan Kenanga.
Kenanga merasa sangat kesal hingga rasanya ingin menangis. Ini sudah kesekian kalinya Jayden melakukan hal itu. Membuatnya kelimpungan tapi tiba-tiba langsung pergi begitu saja. Kenanga begitu kesal hingga ia langsung berteriak sekeras-kerasnya.
"Arghhhhhhhhhhh!"
*
"Kenapa kau berteriak?"
Kenanga terperanjat, ia tersadar dari lamunan gilanya barusan. Ia langsung mundur saat melihat wajah Jayden yang ada di depannya. Pria itu membuatnya memikirkan hal-hal yang begitu gila. Kenanga buru-buru menarik tangannya dengan kasar dari perut Jayden.
"Tidak, aku sudah mengantuk. Aku harus pergi ke kamar sekarang," ucap Kenanga merasa harus segera meninggalkan Jayden, hatinya sejak tadi sudah gundah gulana tak karuan.
Jayden mengangkat alisnya, bibirnya tertarik mengulas senyum simpul. Ternyata sangat menyenangkan sekali bisa menggoda Kenanga, wajah polosnya benar-benar sangat menggemaskan.
"Dia sangat lucu," kata Jayden. Tanpa sadar, diam-diam wanita itu sudah mengisi hari-harinya yang selama ini gelap gulita.
***
Kenanga sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk menjaga jarak dari Jayden. Sebisa mungkin ia menghindari kontak fisik dengan pria itu, kecuali memang dibutuhkan.
Tadi pagi Jayden sudah mengabarkan jika malam nanti acara pertunangan mereka akan digelar. Kenanga langsung disibukkan dengan urusan gaun dan juga perawatan diri.
Saat bangun tidur, Kenanga langsung diminta untuk membersihkan diri. Setelah itu kukunya diberikan nail art yang membutuhkan waktu yang sangat lama. Selain itu, Kenanga juga sempat mencoba gaun untuk pertunangan itu. Semua gaunnya sangat bagus sampai Kenanga bingung harus memilih yang mana. Kenanga justru takut untuk memakainya, karena ia sudah bisa menduga kalau gaun itu sangat mahal.
"Nona cantik sekali memakai gaun ini, pantaslah Tuan Jayden ingin segera mengikat, Anda," puji sang penata rias yang tampak sangat kagum melihat kecantikan Kenanga.
"Benarkah?" Kenanga tak tahu harus menjawab apa, pujian itu membuatnya semakin gugup sekarang.
"Anda benar, pilihan Tuan Jayden memang tidak pernah salah. Anda sangat cantik, sama seperti mantan istrinya," kata penata rias itu.
Kenanga tersenyum kecut, dirinya pun tau mantan istri Jayden sangat cantik. Mungkin saja memang jauh lebih cantik.
"Nona, maaf. Saya tidak bermaksud." Penata rias itu tampak sungkan saat melihat perubahan wajah Kenanga.
"Ya tidak masalah, lagipula sekarang Jayden akan bertunangan denganku 'kan?" sahut Kenanga asal.
"Hahaha Anda benar, selamat atas pertunangan Anda, Nona."
Kenanga tidak menjawab, hatinya mendadak tak nyaman setelah mendengar tentang mantan istri Jayden. Ini sangat aneh, jelas-jelas pertunangan itu hanya pura-pura, tapi kenapa rasanya Kenanga kesal saat ada yang membandingkan dirinya dengan Agatha.
"Memangnya secantik apa dia? Sampai bisa membuat Jayden seperti itu?" cibir Kenanga kesal sendiri. "Aku pun pasti bisa jika aku ingin," imbuhnya lagi.
Untuk ukuran wajahnya, Kenanga merasa masih percaya diri jika bersaing dengan Agatha. Hanya saja tentang perasaan Kenanga tidak bisa menjaminnya, Kenanga takut jika orang lama yang akan jadi pemenangnya saat dirinya benar-benar maju nanti. Lebih baik mulai sekarang ia membatasi diri sendiri.
Pukul 5 sore Kenanga sudah selesai dirias, bersamaan dengan itu ternyata Marka datang untuk menjemput. Pria itu tampak terperangah saat melihat sosok wanita cantik yang duduk di ruang tengah. Dengan tatapan rambut sederhana dan make up minimalis, Kenanga terlihat semakin mempesona.
"Wow!" Marka tidak bisa menahan dirinya untuk tidak berdecak kagum. "Kenanga?"
"Marka," panggil Kenanga, sejak tadi dirinya sudah gugup, kini bertambah gugup melihat Marka datang.
"Kau sangat cantik," puji Marka langsung.
"Ehm, Jayden mana?" Kenanga mengabaikan pujian itu, ia sejak tadi sudah memikirkan tentang pria yang sejak pagi hanya dilihatnya sebentar saat bangun tidur tadi.
"Jayden masih ada meeting, nanti dia akan langsung ke tempat acaranya saja. Aku yang akan membawamu kesana," jelas Marka.
"Oh, baiklah. Ayo berangkat sekarang, Jakarta biasanya macet." Kenanga bangkit dari duduknya. Untungnya gaun yang dipakai bermodel simpel, jadi dirinya masih leluasa untuk bergerak. Hanya saja dibagian dadanya sedikit rendah.
Marka mengulurkan tangannya, bermaksud untuk membantu wanita itu. Namun, Kenanga justru langsung nyelonong begitu saja. Marka mengulum bibirnya, menarik uluran tangannya kembali dengan perasaan sedikit sakit.
"Tidak perlu terburu-buru, acaranya mungkin jam 9 malam," ujar Marka yang menyusul Kenanga di belakang.
"Aku hanya gugup," kata Kenanga singkat. "Aku membayangkan bagaimana respon Roger dan Sabrina nanti."
"Mereka pasti kaget."
"Ya, semoga saja aku bisa menyelesaikannya hari ini." Kenanga menarik napas panjang, mencoba mengurangi rasa gugup yang membuat jantungnya berdetak tak karuan.
Marka menarik sudut bibirnya, ia tahu sebenarnya Kenanga juga tidak ingin melakukan hal seperti ini. Hanya saja terlalu banyak luka yang dipendam membuat wanita ini nekat melakukan apa saja.
"Tenang saja, Jayden sudah berjanji akan membantumu 'kan? Maka percayalah padanya, dia pasti akan melindungimu sampai semuanya benar-benar selesai," ujar Marka serius sekali.
Kenanga mengiyakan saja, ia memang percaya pada Jayden, tapi ia tak percaya pada dirinya sendiri.
*
Acara pertunangan pura-pura itu digelar di hotel Westin kota Jakarta. Jayden sudah menyiapkan segalanya dengan sangat matang. Dari mulai tempat, tamu dan acaranya tidak diragukan lagi. Sama persis seperti pertunangan sungguhan.
Beberapa kolega Jayden yang datang pastinya sangat penasaran siapa sosok wanita yang berhasil menaklukkan pria arogan nan dingin seperti Jayden. Beberapa orang yang telah mengenal Jayden lama, pastinya sangat tau perangai pria itu seperti apa.
Kenanga menunggu di dalam kamar sampai acara itu dimulai. Beberapa kali ia menghela napas panjang, benar-benar gugup karena sekian lama akan bertemu lagi dengan orang-orang yang telah mengkhianatinya.
Disela-sela kegugupan yang merajalela, Jayden tiba-tiba datang ke kamar membuat wanita itu kaget. Kenanga langsung bangkit, menatap Jayden dengan tatapan penuh tanya.
Jayden terdiam sesaat, melihat Kenanga yang malam itu sangat cantik dengan gaun putih yang begitu seksi. Wanita polos yang belakangan ini sering mengacaukan hatinya itu terlihat sangat mendebarkan. Jayden sampai kesusahan menelan ludahnya. Wanita itu benar-benar cantik.
"Bagaimana? Apa Roger benar-benar datang?" tanya Kenanga cepat.
Jayden mengalihkan pandangannya sejenak, berusaha menguasai dirinya sendiri. "Menurut orang kepercayaanku, dia akan datang bersama istrinya. Apa kau sudah siap?"
Kenanga menghembuskan napas kasar sebelum mengangguk. "Pasti."
"Kemari." Jayden mengulurkan tangannya.
Kenanga menatap pria itu tak mengerti, tapi anehnya ia mau-mau saja mendekat dan menyambut uluran tangan itu.
Jayden menarik wanita itu ke dalam dekapannya, berusaha menenangkan Kenanga yang sangat gugup ini.
"Tenang saja, semua pasti akan berjalan sesuai rencana. Ada aku bersamamu," kata Jayden sembari mengelus rambut wanita itu.
Kenanga memejamkan matanya, mungkin terlalu berlebihan, tapi ucapan Jayden yang dibalut nada datar disertai elusan rambut itu membuatnya keresahannya perlahan menghilang. Sesaat kemudian ia mendongak, menatap wajah Jayden dengan sangat intens.
"Terima kasih," ucap Kenanga begitu tulus. "Aku harap kita bisa bersama-sama menyelesaikannya sampai akhir," imbuhnya lagi.
Jayden diam, pandangannya ikut terpaku pada wanita mungil yang ada di dekapannya ini. "Kunci hanya satu," kata Jayden.
"Apa?" Kenanga masih terperangkap pada pesona pria matang yang memiliki alis tebal memikat itu.
"Jangan jatuh cinta padaku."
Bersambung~