Mata Ethan terpejam dengan kepala yang mendongak ke atas. Masih duduk bersandar pada sofa ruang tengah tanpa melakukan apa pun. Entah sejak kapan, ia masih berperang dengan pikirannya sendiri. Selama ini tidak pernah ada yang membuat hatinya sangat kacau seperti, tapi ucapan Nindy terus saja berputar di kepala, mendesak jawaban yang tidak kunjung Ethan dapatkan. Suara pintu yang terbuka mengalihkan perhatian Ethan, pria itu melirik sosok Nindy yang keluar kamar. Wajahnya terlihat bengkak seperti habis menangis. Ethan bangkit, mendekati Nindy yang langsung menghindar. Ethan berdecak dengan tangan mengepal erat, paling tidak suka jika diabaikan seperti ini. "Mau ke mana?" tanya Ethan. Nindy tidak menyahut, tetap berjalan ke dapur dan mengambil satu botol air di kulkas. Menganggap Ethan s