Sovia berjalan di sebelah Arga. Lagi-lagi dia melihat ponselnya yang dari tadi sepi tidak seperti biasanya. Biasanya Bima sudah memberi kabar pada Sovia. Menanyakan Sovia sedang apa, dan lalu merambat chat yang menjurus ke arah hati. Ungkapan sayang, kata-kata mesra, dan kata-kata cinta, terus mereka rangkai dalam sebuah chat yang sebenarnya sangat terlarang, karena mereka sama-sama sudah punya kehidupan masing-masing dengan pasangannya. “Silakan masuk, Pak.” Waitress membuka pintu private room. Arga dan Sovia masuk ke dalam. Mata Sovia langsung tertuju pada sebuah meja yang sudah ada dua orang yang sangat Sovia kenal. Bima dan Alesha, mereka sudah berada di dalam dari tadi. “Bim—Bima?” ucap Sovia. Bima dan Alesha langsung menoleh ke arah depan pintu. “Sovia?” lirih Bima. “Ini salah