Sovia memerhatikan Feran yang tercenung menatap dirinya yang sedang baru saja mengambilkan nasi untuk Feran. Sovia melambaikan tangannya di depan Feran, tetap saja Feran masih bengong menatap dirinya. “Pak Feran?” Panggil Sovia dengan menaikan alisnya heran. “Hei ... jangan melamun pagi-pagi!” Sovia menyentuh tangan Feran. Feran tersentak, seperti diempaskan dari lamunan panjang. Buru-buru ia menghindari tatapan Sovia. Dengan salah tingkah, disambarnya nasi goreng dari piring, dijejalkannya sesuap demi sesuap ke dalam mulutnya, dan dengan cepat mengunyah makanannya. “Jangan buru-buru, Pak Feran? Kenapa sih? Gugup gitu?” ucap Sovia dengan santai, tapi juga sedikit salah tingkah, karena Feran memandangnya seperti tadi. “Ah, tidak,” tukasnya dengan wajah pias. “Tidak apa-apa, Sov. Sudah