Feran menginkuti Sovia masuk ke dalam kamarnya, ia langsung mendudukkan dirinya di sebelah Sovia, lalu meraih tangan Sovia. Feran mencium tangan Sovia, ia benar-benar takut sekali istrinya tidak pulang ke rumahnya. Memang semua itu karena dirinya yang memulai, tapi mau bagaimana lagi semua juga demi Sovia dan anak-anaknya dia melakukan semua itu. “Maafkan aku, jangan pernah gini lagi, Sayang ... aku takut sekali kamu kenapa-napa, kamu sedang hamil lho?” ucap Feran dan tak terasa air mata Feran menetes. “Takut kenapa-napa? Bukannya kamu gak pernah takut kalau aku kenapa-napa dari kemarin, Mas?” jawab Sovia. “Sovia ... maafkan aku, Sayang.” Feran berjongkok di depan Sovia, ia meminta maaf, menyandarkan kepalanya ke lutut Sovia. “Jangan gini lagi ya, Sov? Aku mohon. Aku satu minggu ini me

