` “Kedip, Na...” lamunanku buyar, ketika ada yang menyenggol lenganku. Ternyata Ibu, beliau datang membawa satu piring gorengan yang masih hangat, lalu duduk di sebelahku. “Anakku ganteng banget ya, Bu?” lagi-lagi mataku fokus menatap depan sana, tepatnya ke arah Mas Arfa, Ayah, juga Arka yang saat ini ada di gazebo halaman belakang. Sejak aku selesai mencuci piring, aku langsung duduk di kursi dekat pintu keluar dapur sambil menikmati teh hangat. “Ya ganteng to, ya, Papa sama Mamanya kan ganteng sama cantik.” Mendengar kalimat Ibu, aku langsung menoleh ke arah beliau. “Ibu bilang aku cantik, karena memang aku cantik, apa karena aku anak Ibu?” Ibu seketika tertawa pelan begitu mendengar pertanyaanku. “Lha kamu itu apa enggak sadar kalau cantik, Na?” “Gimana ya, bila