“Udah, Mbak ... udah bagus lagi.” Mbak Widi tersenyum lebar ketika selesai me-retouch make up yang sempat luntur karena aku menangis saat acara sungkeman pasca akad. Sebenarnya kalau dari jauh tidak terlihat, hanya saja Mbak Widi orangnya sangat detail, jadi dia tetap menyadari itu. “Makasih banyak, Mbak.” “Sama-sama. Habis ini langsung ganti baju aja, Mbak Nana. Sudah saya siapkan di lemari itu.” Mbak Widi menunjuk almari di sudut ruangan. “Oke, Mbak.” Sementara Mbak Widi keluar sebentar, aku buru-buru mengambil tisu ketika kurasakan mataku kembali berair. Yang aku rasakan saat ini benar-benar campur aduk. Ada perasaan lega, bahagia, juga sedih. Lega dan bahagia karena pada akhirnya aku dan Mas Arfa sudah sah menjadi pasangan suami istri di mata agama dan negara, sedihnya karena a