Malam itu, kamar yang baru direnovasi oleh Mama Helena terasa hangat dan nyaman. Lampu tidur menyala temaram, dan suara jangkrik terdengar samar dari balik jendela yang sedikit terbuka. Alena bersandar di d**a Tristan, menikmati detak jantung suaminya yang menenangkan. Tangannya bermain-main dengan ujung piyama yang dikenakan pria itu, sementara pikirannya melayang ke banyak hal yang belum terjawab. “Mas,” panggil Alena pelan, suaranya nyaris seperti bisikan. “Hm?” sahut Tristan lembut, tangannya mengusap rambut Alena penuh kasih. “Menurut Mas... kenapa Mbak Melina begitu benci sama Lena?” tanyanya dengan nada hati-hati. “Apa karena Lena hamil?” Tristan menghela napas panjang. Ia tahu pertanyaan itu akan muncul cepat atau lambat. Jemarinya lalu berpindah, mengusap pipi istrinya dengan