Devian dan Julian sedang berhadapan serius. Obrolan tentang perusahaan masing-masing yang mengalami penurunan omset. "Restoran gue tutup enggak tahu mau sampai kapan. Gue enggak pernah sih minta lo tanggung jawab. Jadi kenapa saham perusahaan lo anjlok, gue yang disatronin?" "Kalau lo kagak macam-macam, mana mungkin terjadi begini, Lian!" geram Devian. Julian tersenyum mengejek. Enak saja kesalahan dilimpahkan kepadanya. Ia bahkan masih ingat betul bahwa sang kakak lah yang mendahului perang. Julian ingat betul semua vendor yang ia ambil barangnya, dihentikan paksa Devian. Pokoknya perang harus terus berjalan sampai salah satu pihak kalah. Tidak ada gunanya perang jika akhirnya tak ketahuan siapa yang lebih unggul. Ia pun mengabaikan Devian dan upaya damainya demi menaikkan kem