5. Masih Perawan

1210 Kata
Mata Lova melebar menatap kunci kamarnya di tangan Zegan. Apa yang sebenarnya pria itu inginkan? “Apa maumu sebenarnya?!” ucap Lova dengan geraman tertahan. Untuk apa Zegan mengunci pintu? Zegan melempar tangkap kunci di tangan seraya mengambil langkah hingga berdiri di depan Lova. “Tentu saja mencegahmu keluar dari sini. Sudah kukatakan, kau tidur di sini, di kamar ini.” “Tidak mau! Aku tidak sudi!” teriak Lova. “kau pasti berniat melakukan sesuatu padaku, kan?” tuduhnya. Sebelah alis Zegan tampak meninggi. Diperhatikannya Lova dengan seksama dari ujung kepala hingga ujung kaki dan menurutnya, tak ada sesuatu yang istimewa. “Jika aku berniat melakukannya, sudah kulakukan semalam,” ucap Zegan. Lova seakan kehabisan kata. Namun, ia tetap mencari alasan bagaimana caranya agar dirinya bisa keluar dan tak tidur sekamar dengan Zegan. “Lagipula, tidak ada yang menarik,” ucap Zegan seraya menatap Lova dengan tatapan mengejek. Sontak hal itu membuat Lova melebarkan mata dan marah. Melihat bagaimana Zegan menatapnya seolah dirinya wanita yang tidak menarik membuatnya benar-benar kesal. “Tidak ada yang menarik? Setidaknya aku masih perawan!” ucap Lova dengan suara lantang. Ia kemudian bersedekap d**a dan menatap Zegan dengan penuh kesombongan. “meski tak menarik bagimu, setidaknya keperawananku sangat menarik di luar sana. Kau tahu berapa banyak uang yang p****************g keluarkan demi menikmati sebuah keperawanan? Sangat mahal!” Lova menekan dua kata terakhir pada kalimat yang terucap dari mulutnya, menekankan bahwa dirinya sangatlah berharga meski tak bernilai di mata Zegan. Alis Zegan tampak berkerut sampai tiba-tiba sudut bibirnya terangkat menciptakan seringai tipis. Ia tidak tahu apakah Lova benar-benar polos atau pura-pura polos atau sebenarnya sangat bodoh. Bagaimana bisa wanita itu menyombongkan keperawannya pada seorang lelaki saat posisi seperti ini? Apa wanita itu tidak tahu bahaya yang dapat mengancamnya? Zegan berjalan memutari Lova, seolah tengah memperhatikan setiap jengkal tubuhnya mulai dari depan dan belakang. “Benarkah? Bagaimana bisa aku yakin bahwa kau benar-benar masih perawan?” ucap Zegan saat dirinya kembali berdiri di hadapan Lova. “Apa? Aku memang masih perawan! Aku belum pernah melakukannya dengan laki-laki manapun!” sungut Lova yang tak terima Zegan meragukan perkataannya. Zegan tampak menahan tawa. Namun, pada akhirnya ia tertawa lebar. Melihat itu, Lova hanya mampu mengerutkan dahi, berpikir, apa yang sebenarnya Zegan tertawakan? Perlahan tawa Zegan mereda, ia setengah mencondongkan tubuhnya ke arah Lova dan mengatakan, “Hanya ada dua kemungkinan kenapa sampai sekarang kau masih perawan. Pertama, tidak ada pria manapun yang tertarik padamu. Kedua, kau benar-benar tak laku.” Mata Lova melotot, kemarahannya kembali naik hingga mengepalkan tangannya kuat dan berniat mendaratkan pukulan pada wajah Zegan. Akan tetapi, ia teringat kekerasan tak mampu melawan Zegan, bisa-bisa justru dirinya yang berakhir di tangan pria itu. Lova melengos dengan dagu terangkat. “Terserah apa katamu. Setidaknya aku bisa menjaga harga diri dan martabatku sebagai seorang wanita. Bukan menjadi w************n yang dengan mudah membuka lebar kakinya bagi semua pria,” Setelah mengatakan itu Lova membalikkan badan, menghindar dari wajah Zegan yang membuatnya ingin sekali menghajarnya. Meski berhasil bersikap sombong dan menahan emosi layaknya wanita dewasa, sebenarnya ia sedang mencari aman. Zegan memperhatikan Lova dalam diam. Untuk pertama kalinya dirinya bertemu dengan wanita sepertinya. Lova benar-benar berbeda dari wanita-wanita yang selama ini hadir dalam hidupnya. Tiba-tiba Zegan mengambil langkah, berdiri tepat di belakang Lova dan tiba-tiba satu tangannya merengkuhnya. Lova tersentak, terkejut saat tangan besar Zegan berada di antara leher dan dadanya. Tak hanya itu, ia semakin dibuat melebarkan mata saat satu tangan Zegan yang lain melingkari perut. Zegan menarik tubuh Lova hingga tubuh mereka menempel tanpa sekat. Ia pun membisikkan satu kalimat di telinga Lova. “Terserah apa katamu tapi, aku tidak akan percaya bahwa kau masih perawan jika belum membuktikannya.” Tubuh Lova menegang, terlebih saat ia merasakan sesuatu yang keras menekan pinggulnya. Ia menelan ludah susah payah. Apakah kesombongannya menjadi boomerang untuknya? Di tempat lain, Darren mendesis saat merasakan ngilu pada hidungnya saat ia makan. Ia masih berada di rumah sakit sekarang. Tulang hidungnya benar-benar patah hanya karena satu pukulan. “Sial, siapa dia sebenarnya?” gumam Darren dengan geraman tertahan. Brak! Darren nyaris terjingkat saat pintu kamarnya terbuka lebar. Padahal sudah malam, siapa yang menjenguknya? Darren mengarah pandangan ke arah pintu dan menemukan Flo berjalan cepat ke arahnya. “Darren!” Suara lantang Flo memenuhi ruangan. Dan saat telah berdiri di sisi ranjang, kedua tangannya jatuh bertumpu tepi ranjang menahan berat tubuhnya yang condong ke arah Darren. “kau harus dengar berita yang sangat-sangat dan sangat penting!” Darren menatap Flo dengan sebelah alis meninggi. Kiranya, sepenting apa? Sampai-sampai Flo bersikap berlebihan. Darren berdecak kemudian menyuruh Flo duduk dengan tenang jika ingin menceritakan berita penting yang disampaikannya. “Berhenti bersikap seperti pria kebakaran jenggot. Duduk dan katakan saja apa yang mau kau katakan.” Flo mendengus kesal kemudian menarik kursi di bawah ranjang lalu duduk. “Dengar, kau harus mendengar ini baik-baik. Apa kau tahu berita penting mengenai pacarmu? Ah, maksudmu, mengenai Lova.” Kerutan di dahi Darren tampak samar. “Apa? Lova? Apa kau mau mengatakan berita bahwa aku terkapar di rumahnya sudah menyebar?” “Ish, bukan itu b******k. Ini mengenai pria itu, pria yang membuatmu berada di sini sekarang, ternyata dia adalah pacarnya Lova. Jadi, selama ini Lova berselingkuh denganmu, kau itu selingkuhannya!” papar Flo dengan jelas. “apa kau lihat ini?” Menunjuk hidung dan dahi. “aku juga menjadi korban pria itu. Dia menyentak kepalaku ke meja hingga ku pingsan.” Darren menatap Flo dengan pandangan tak terbaca seolah mencari kebohongan darinya tapi, ia tak menemukannya. Flo sepertinya benar-benar serius dengan ucapannya “Apa kau serius dengan ucapanmu?” “Apa? Kau masih bertanya apakah aku serius atau tidak? Apa luka di wajahku ini belum cukup menjadi bukti? Aku bertemu dengan mereka siang tadi dan pria itu mengaku bahwa dia adalah pacarnya Lova. Dan saat aku mengatai Lova, dia langsung melakukan kekerasan padaku!” Flo kembali menunjuk hidungnya, menunjukkan pada Darren bahwa semua yang dikatakannya adalah kebenaran. Ia memberitahu Darren bukan semata untuk memberinya laporan melainkan, menghasut Darren agar melakukan sesuatu entah itu pada Lova atau pada pacarnya, Zegan. Ia tak terima dengan apa yang Zegan lakukan padanya tapi, ia tak berani berbuat apa-apa teringat Zegan tak segan ingin menghabisinya. Flo bersedekap d**a dan duduk bertumpu lutut kemudian mengatakan, “Jika aku jadi kau, aku akan melakukan sesuatu. Bagaimana jika semua orang tahu bahwa kau sebenarnya selingkuhan Lova? Selama ini kau kan begitu sombong dan mengaku sebagai pemenang dengan memacarinya dan yang akan mengambil keperawanannya. Tapi, apa buktinya? Meh, kalau aku jadi kau, sih, aku sudah bersembunyi di cangkang kepiting.” Tangan Darren terkepal. Siapa kira wanita yang dianggapnya polos dan bodoh ternyata menyembunyikan sesuatu darinya. “Jangan panggil aku Darren jika aku tak bisa membuat perhitungan pada mereka,” gumam Darren disertai geraman tertahan. Flo tersenyum puas. Ia tak akan membiarkan Lova hidup tenang dan bahagia setelah apa yang wanita itu lakukan. “Lihat saja, Lova, kau akan habis.” Kembali pada Zegan dan Lova, keduanya masih berada dalam posisi. Lova tengah berpikir bagaimana dirinya bisa kabur dari situasi ini. Akan tetapi, Zegan seolah berhasil menebak isi pikirannya dan memberinya bisikan yang membuatnya tak berani sekedar mengambil langkah. “Berpikir kabur, eh? Jangan harap. Menurut lah dan akan kuberikan kenikmatan yang tak pernah kau rasakan sebelumnya.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN