“Apa yang kau tunggu? Cepat makan.” Lova menatap sarapannya di hadapan kemudian menatap Zegan. “Sebenarnya aku sangat lapar tapi ….” Ucapan Lova menggantung di mana kini ia kembali menatap sarapannya yakni american breakfast. Sebelah alis Zegan meninggi. Ia pun menyahut. “Tapi?” Ia yang duduk di depan Lova dibatasi meja restoran, tak mengalihkan perhatian menunggu Lova menjawab. Lova memejamkan mata sejenak dan mengembuskan napas lewat mulut kemudian menegakkan kepala menatap Zegan. “Kau marah karena aku telah merusak sarapanmu dan keluargamu?” Kernyitan di dahi Zegan semakin menjadi. “Marah? Apa aku terlihat marah?” tanyanya tak mengakui tuduhan Lova padanya. “Uum.” Lova mengangguk. “kau seperti ingin memakan seseorang,” ujarnya. “Memangnya kau tak marah dengan ucapan Juna tadi