Pria jangkung itu menatap Lova dengan pandangan tak terbaca, berdiri di depan pintu yang baru saja ditutupnya selama beberapa saat kemudian mengambil langkah mendekati ranjang. Lova kian mengeratkan cengkraman pada selimut yang menutupi tubuhnya. Rasanya, ia ingin segera keluar dari rumah itu mengingat, begitu mudahnya lelaki memasuki kamar yang ditempatinya tersebut. Deg! Degup jantung Lova berpacu saat melihat perubahan ekspresi yang pria itu tunjukkan. Rasa takut pun menjalar ke sekujur tubuhnya. “Wah … wah … tak kusangka selera kakak begitu rendahan.” Mata Lova melebar menggaris bawahi apa yang baru saja pria di depannya katakan. Kakak? Apakah itu berarti pria yang berdiri di depan ranjang ini adalah adik Zegan? pikir Lova. Tiba-tiba perhatian pria itu jatuh pada baju Lova y