Lova berdiri di depan pintu dengan tangan gemetar terulur meraih gagang pintu di hadapannya itu. Lalu, dengan hati-hati dibukanya pintu tersebut dan menemukan Zegan berdiri setengah tertunduk. Dalam beberapa detik Lova terkejut saat Zegan mengangkat kepala dan pandangan mereka bertemu. Ia merasa seperti ada yang berbeda. “Ka- kau … kau benar-benar Zegan, kan? Bu- bukan hantu,” ucap Lova dengan ragu. Zegan menatap Lova dalam diam sampai tiba-tiba senyum tipis tercipta di bibirnya. “Ya. Aku hantu dan akan menghantuimu seumur hidup,” ucap Zegan kemudian melangkah masuk ke dalam rumah. Pandangan Lova mengikuti setiap langkah Zegan. Ia kemudian kembali menutup pintu dan menguncinya lalu mengikuti Zegan yang pergi ke kamar. “Kenapa kau ke sini? Kau mau ayahmu menghabisiku?” Zegan men