POV Dinda Mas Angga menggeleng-gelengkan kepala. "Tidak mungkin aku bicara saat ada dia. Ini privasi, Din! Tentang kita! Jadi, dia tidak boleh dengar!" kata Mas Angga tegas. Aku tertawa kecil, menatap Mas Angga dengan pandangan mencemooh dan lagi-lagi aku tertawa. "Gak! Nanti kalau aku ikut Mas, bisa-bisa Mas culik aku, lagi. Lalu, rahimku diangkat! Hiii!" Aku bergidik membayangkan hal itu. "Tidak. Mana mungkin. Kamu kira aku dokter bisa angkat rahim? Sudah kubilang, kan, temanku ke Jakarta? Ayo, ada yang ingin kubicarakan," katanya dengan tatapan memohon. Mas Angga tiba-tiba menggenggam pergelangan tanganku, aku langsung menepisnya. "Gak, ah. Kalau Mas mau bicara, ya bicara aja! Tapi yang jelas, aku gak mau pisah dari Yana!" Tekanku. Di sebelahku, Yana mengangguk-angguk. "Bener tuh,