“Terima kasih untuk malam ini,” kata Pram tersenyum. Kami berdiri berhadapan di depan gerbang rumah Teh Retna. Ya, kami akhirnya batal ke pantai, karena aku bersikukuh meminta pulang. Gila saja aku menuruti kemauan Pram mengunjungi private beach di mana hanya akan ada kami berdua di pantai tersebut. Kami dua orang dewasa yang pernah mengayuh gairah bersama. Dan jika aku menurut mengunjungi private beach tersebut, bukan tidak mungkin kenangan akan kegiatan panas kami akan mendorong kami untuk mengulangi kegiatan tersebut. Aku bergidik ngeri membayangkannya. “Sama-sama, Pram,” balasku tersenyum kecil. “Rasanya aku ingin menginap di sini saja, Lin,” ucap Pram mulai melantur lagi. “Pulang, Pram. Nggak usah aneh-aneh kamu!” kataku setengah sewot. “Kok aneh-aneh sih. Kan mumpung kamu masi