“Segini banyaknya perhiasan kamu, Lin?” Teh Retna tampak tercengang melihat koleksi perhiasanku. Aku tengah beberes kamar, termasuk merapikan koleksi perhiasanku, ketika Teh Retna datang. Sehingga tanpa bermaksud memamerkan, sepupuku ini melihat seluruh koleksi perhiasanku yang kesemuanya adalah hadiah dari Pram. “Gila.” Disertai decakan kagum, Teh Retna menggeleng-gelengkan kepala. “Segini banyaknya. Nggak kira-kira Pram kasih hadiah.” Teh Retna menyentuh satu persatu perhiasan yang kusimpan di brankas berukuran kecil yang bisa kupindahkan sesukaku. “Kalian baru satu tahun menikah lho, Lin. Tapi ini.” Teh Retna kembali menggeleng-gelengkan kepala. “Aku yang sudah nikah belasan tahun saja nggak punya sebanyak ini perhiasannya. Kamu malah yang baru nikah setahun, sudah macam toko perhiasa