"Capek ?" Tanya Dika pada Kinal yang sedang membungkuk dengan napas tersengal. Keringat mengalir deras dari dahi nya.
Dika menggeleng sambil tersenyum melihat nya. Ia mengulurkan tangan nya pada Kinal.
"Haus" ucap Kinal memelas. Dika mengangguk sembari tersenyum. Kinal meraih uluran tangan Dika.
"Yaudah, ayo cari minum " ujar Dika sambil melangkah menuju tempat penjualan yang ada di pinggir jalan.
"Kamu duduk aja, biar aku yang beli. Mau makan sekalian ?"
"Bubur ayam " jawab Kinal dengan senyuman lebar nya. Dika mengangguk, kemudian melangkah menuju beberapa pedagang yang sedang menjajakkan berbagai makanan.
Minggu ini Dika memang sengaja mengajak Kinal CFD berdua. Hal yang memang belum pernah mereka lakukan. Setelah dua hari yang lalu misi Dika berjalan dengan sukses, dan setelah itu membuat Kinal heran sekaligus senang karena sang Mami tidak lagi mencercanya soal jodoh.
Tapi, ia juga menjadi heran dengan sikap Mami nya itu. Ia masih ingat dengan jelas bagaimana siraman rohani dari sang Mami saat tau Kinal dengan sengaja meninggalkan Fizi waktu itu. Dan itu cukup membuat kuping Kinal panas.
Tapi, pagi kemarin Mami nya menelfon dengan nada manis dan juga perhatian. Ia berfikir kalau sang Mami baru saja mendapat hadiah dari Papa. Makanya sang Mami menjadi senang dan tidak ingin mencercanya dengan jodoh.
"Minum dulu " Suara Dika membuat Kinal mendongak dan tersenyum pada pria tampan dalam balutan kaos biru muda dan celana pendek selututnya.
Kinal menerima botol minum yang telah di buka tutupnya. Jadi, ia tinggal meneguknya saja.
"Kamu gak makan ?" Tanya Kinal saat melihat bubur yang di bawa Dika hanya satu.
Dika menggeleng. "Kamu aja "
"Kenapa ? Duit nya kurang ?"
"Hahaha.. enggak. Aku gak suka bubur "
"Kenapa gak beli yang lain ? Kan pilihan nya banyak. Masa aku aja yang makan "
"Gapapa kok, kamu aja yang makan. Aku malas ngunyah pagi - pagi " jawab Dika.
Akhirnya Kinal pun mengalah. Ia menyuap kan bubur kedalam mulutnya. Dika memandangi nya dengan senyum. Kemudian mengitari pandangan nya ke sekeliling.
Masih banyak orang di sini.
Kinal memilih untuk berkonsentrasi dengan bubur nya membiarkan Dika tenggelam dalam suasana ramai di daerah senayan itu.
***
"Emang kamu bisa masak ?" Tanya Dika saat melihat Kinal kini sedang membongkar belanjaan nya di atas meja makan.
Setelah pulang dari Cfd. Dika mengajak Kinal mampir ke apartemen nya. Yang memang sangat dekat dengan tempat mereka berolah raga tadi.
Dan juga menyempatkan diri untuk berbelanja keperluan dapur Dika dan juga Dika nya sendiri.
Dan di sini lah Dika kembali di buat kagum dengan sosok Kinal. Ia kagum dengan Kinal yang cekatan dalam memilihkan belanjaan untuk nya. Dari sayur, atau bumbu lain nya.
"Kamu ngeraguin aku ? Gini - gini aku pernah ikut lomba masak se Rt waktu SMA dulu. " ujar Kinal dengan sombong.
"Menang ?"
"Enggak, sih " jawab Kinal dengan malu. Dika hanya terkekeh geli mendengar nya. Kinal memang susah di tebak.
"Tapi, kamu tenang aja. Di jamin makanan ku tidak akan membuat mu sakit perut, " ucap Kinal lagi dengan percaya diri.
Dika tersenyum manis, ia mengangkat bahu nya dengan acuh. Membiarkan Kinal sibuk di dapur memasak untuk nya.
Klik
Cklek
"Assaalamualaikum " suara salam itu membuat Kinal yang sedang merajang tomat dan bawang menoleh.
Dan mendapati Khalif yang sedang berdiri kaget dan menatap nya dengan tanda tanya.
"Khalif? " suara Dika yang baru keluar dari dalam kamar mandi mengalihkan perhatian Khalif dari wanita cantik yang ada di apartemen nya.
"Bang " ucap Khalif melangkah mendekat dan menyalami abang nya.
"Dari pane ? " (dari mana ? )
"Dari rumoh ngon " (dari rumah kawan ).
Dika mengangguk, Kinal sudah berdiri dengan kerutan dahi yang dalam karena tidak mengerti akan obrolan dua cowok itu. Ia sama sekali tidak tau bahasa apa yang di gunakan keduanya.
"Ha.. Nal, kenalin ini adik aku Khalif. Lif, ini kak Kinal " ujar Dika yang mengerti akan tatapan tanya Khalif tadi.
"Khalif, kak " ujar Khalif,dengan sopan. Kinal tersenyum sambil mengangguk.
"Kinal " jawab Kinal. Khalif pun memilih pamit untuk ke kamar. Sedang kan Dika berniat untuk membantu Kinal memasak.
"Mau masak apa ?" Tanya Dika menatap semua bahan - bahan yang sudah di susun dengan rapi di atas meja bundar di tengah pantry.
"Capcai, ayam balado sama sayur asem " jawab Kinal.
Dika mengangguk dengan bangga. Ia benar - benar tidak tau kalau Kinal bisa masak.
"Yaudah, aku bantu ya " Kinal mengangguk.
Kedua nya pun mulai sibuk memasak. Sesekali mengobrol dengan di selingi candaan.
Tidak tau kalau sejak tadi Khalif mengintip keduanya dari balik pintu kamarnya.
Ia menatap begitu tidak percaya melihat kedekatan abang nya dengan perempuan. Pasalnya ia sangat tau. Selama ia tinggal bersama Dika. Ia sama sekali belum pernah melihat abang nya membawa teman wanita ke apartemen nya apalagi membiarkan teman wanita memasak untuk nya.
Ia yakin kalau Kinal lebih dari sekedar teman buat abang nya.
***
Selesai memasak untuk Dika dan Khalif juga menyantap makan siang bertiga. Dika memilih mengajak Kinal untuk bersantai di balkon apartemen nya.
Sedangkan Khalif sudah pamit untuk ke kamarnya.
Dengan di temani beberapa makanan ringan dan juga dua gelas jus. Keduanya duduk di atas sofa panjang sambil memandangi pemandangan gedung pencakar langit di hadapan keduanya.
"Dik " panggil Kinal membuat Dika menoleh padanya. "Boleh aku tanya sesuatu ? " tanya Kinal hati - hati.
Dika mengangguk, memberi senyum manisnya.
"Kenapa kamu ngejaga jarak sama Jessica ?"
"Hah ?. Maksud nya ?"
Kinal tampak berfikir, ia sedang mencari kata - kata yang tepat.
"Emm.. kamu dan Radith kan sahabatan udah dari kecil. Dan Jessica pacar Radith sahabat kamu. Tapi, kamu gak terlihat dekat dan tau soal Jessica " ujar Kinal menatap Dika.
Mendengar itu Dika tersenyum, ia lebih dulu meneguk jus di dalam gelas yang sudah berembun itu.
"Sebenar nya enggak ngejaga jarak sih, ya biasa aja. " jawab Dika dengan santai. Ia melirik ke samping dan tau kalau Kinal menatap nya tidak puas akan jawaba nya.
Dika pun mengubah posisi duduk nya menjadi menghadap Kinal.
"Gini lho, Nal. Aku sama Radith kan temen udah lama banget. Dan kamu pasti tau kalau dua sahabat itu rentan berantem karena cewek. Sering nikung sahabat nya sendiri.
Nah, aku lebih baik menghindari hal - hal itu. " jawab Dika.
"Ya.. sih. Tapi kan kalau kamu emang gak berniat buat nikung, seharusnya biasa aja "
"Aku biasa aja kok, cuma yaa.. lagian ya aku itu kurang pintar dalam hal basa basi. Kamu kan tau sendiri Jessica gimana ?. Kami berdua sama - sama pendiam. Jadi, kamu pasti bisa banyangi jika kami lagi berdua. ? "
Pasti bakal sepi, diem - dieman kayak orang musuhan..
Batin Kinal mengerti akan maksud Dika.
"Kamu udah berapa kali pacaran ?" Tanya Kinal mengubah topik.
"Hmm.. tiga mungkin." Jawaban Dika terdengar ragu.
Kinal memicing matanya tidak percaya.
"Kenapa ? Enggak percaya ?" Dengan cepat Kinal menggeleng kan kepalanya.
Dika mendengus malas, ia tau kalau tatapan Kinal padanya seolah merasa kalau Ia berbohong.
"Beneran. Aku baru beberapa kali pacaran "
"Serius ?" Dika mengangguk. Kinal masih menatap tidak percaya.
Ia memandang menyelidik pada sosok Dika.
Tampan, berkarisma,baik, sholeh . Sungguh tampang Dika sama sekali bukan tampang cowok yang betah ngejomblo.
"Tiga yang official ? "
"Nal, aku itu bukan tipe cowok yang gampang deket atau mau deketin cewek. Aku bukan cowok yang suka PHP. Ya.."
"Ya. Percaya kok " jawab Kinal menyela. Dika menghela napas berat nya.
"Kamu sendiri ? Kenapa ngejomblo dari lahir ? " ujar Dika pada Kinal.
"Belum ada yang menarik " jawab Kinal santai.
"Memang cowok yang gimana yang bisa menarik di hati kamu ?" Tanya Dika.
"Yaaa.. yang baik "
"Emang selama ini yang deketin kamu cowok jahat ? "
"Bukan. Aku belum kefikiran buat menjalani hubungan selama ini. " jawab Kinal padanya.
Dika mengangguk mengerti. lagian dia juga sama dengan Kinal.
Ia tidak tertarik untuk memiliki pacar, apa lagi setelah ia di buat menyerah untuk berjuang empat tahun yang lalu.
Keduanya terus mengobrol membahas apa saja.
Walau kadang Kinal lah yang lebih banyam bercerita sedang kan Dika menjadi pendengar yang baik.
***